BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah Soppeng diawali dengan munculnya "tomanurung" dalam istilah bahasa Indonesia dikenal sebagai orang yang muncul seketika. Saat itu, masyarakat Soppeng tengah dilanda kegetiran dan kemiskinan ditambah dengan penderitaan rakyat, maka berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat "tudang sipulung" untuk membahas masalah ini, di tengah pembericaraan mereka, seekor kakak tua (dalam bahasa bugis dikenal sebagai "cakkelle"). Cakkelle ini terbang tepat di atas perkumpulan itu, sehingga para tokoh yang melihatnya merasa ada sesuatu yang lain dari cakkelle ini. Akhirnya, pimpinan tudang sipulung, menyuru si Jumet, salah seorang tokoh masyarakat bersama dengan rekannya yang lain untuk mengikuti cakkelle tersebut.
Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walanae, yang terdiri dari daratan dan perbukitan, dengan luas daratan ± 700 km2 serta berada pada ketinggian rata-rata antara 100-200 m di atas permukaan laut. Luas daerah perbukitan Soppeng kurang lebih 800 km2 dan berada pada ketinggian rata-rata 200 m di atas permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng adalah kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai. Wilayah perairan hanya sebagian dari Danau Tempe. Gunung-gunung yang tertinggi yang ada di wilayah Kabupaten Soppeng menurut ketinggiannya:
- Gunung Nene Conang 1.463 m
- Gunung Sewo 860 m
- Gunung Lapancu 850 m
- Gunung Bulu Dua 800 m
- Gunung Paowengeng 760 m
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan ini dibuat bertujuan sebagai bentuk laporan atas hasil pengamatan kami di Soppeng, Sulawesi Selatan. Penulisan kami ini dimaksudkan untuk melaporkan hasil pengumpulan data arkeologi berupa peninggalan makam Islam yang kami peroleh ketika melakukan kegiatan penelitian di situs Makam Jera’ Lompoe di Soppeng, Sulawesi Selatan.
1.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kami lakukan ketika mengambil data pada situs-situs yang terdapat di Soppeng, yaitu:
- Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini berupa gambaran umum kota Soppeng dan situs makam Islam yang diakses melalui internet.
- Wawancara
Teknik pengumpulan data ini berupa tanya jawab pada masyarakat setempat dan orang-orang mengenai situs-situs dan temuan-temuannya. Wawancara dilakukan untuk mempermudah dalam pengambilan data pada tinggalan yang ada.
- Fotografi
Teknik pengambilan data dengan fotografi berupa pemotretan pada temuan yang didalamnya terdapat skala dan penunjuk arah.
- Deskripsi
Deskripsi yang dimaksudkan dalam pengambilan data ini berupa deskripsi situs dan temuannya. Deskripsi dilakukan agar dalam pembuatan laporan, orang yang membaca laporan dapat lebih jelas mengetahui dimana temuan tersebut berada beserta kondisi situs pada saat pengambilan data.
BAB II
PEMBAHASAN
Makam Jera Lompoe adalah Makam Datu/Raja-Raja Soppeng, Luwu dan Sidenreng dari Abad XVII. Makam ini terletak di Kelurahan Bila Kecamatan Lalabata sekitar 1 km sebelah Utara kota Watansoppeng. Melihat bentuk, type orientasi dan data historis makam ini dapat dikatakan bahwa makam Islam sekitar Abad XVII, namun dilihat dari bentuk nisannya terdapat pengaruh kebudayaan Hindu. Makam ini juga dapat dikategorikan sebagai makam pra-Islam, hal ini dikarenakan letak makam yang berada di atas ketinggian yaitu ± 150 m dari permukaan laut. Luas kompleks makam secara keseluruhan sekitar dua hektar, sedangkan luas situs yaitu 23 x 27 m. Kompleks makam dikelilingi oleh pagar tembok dengan pintu masuk berpagar besi. Di sebelah kiri pintu masuk makam, terdapat satu pos jaga dan satu rumah situs. Pos jaga terbuat dari batu, sedangkan rumah situs terbuat dari kayu yang berbentuk rumah panggung.
2.2. Deskripsi Temuan
Kompleks Makam Jera Lompoe memiliki makam sebanyak 31 makam dengan bentuk makam, nisan, dan ragam hias yang berbeda. Makam tersusun dari batu andesit. Bentuk badan makam ada yang berbentuk persegi panjang tanpa bagian kaki dan kepala (susun batu), dan ada pula yang berbentuk punden berundak-undak, seperti makam Weada Datu Soppeng.
Dari 31 makam, hanya delapan makam yang mempunyai nama. Kedelapan makam tersebut antara lain:
- Datu Mari-Mari
- Addatuang Sidenreng
- Tenri Kawareng
- Latenri Bali Datu Soppeng
- Weada Datu Soppeng
- Lamatesso
- Pajung Luwu
- Petta Bulue
Setiap makam mempunyai nisan, ada yang bernisan satu, dua, dan ada pula yang bernisan tiga. Makam yang bernisan satu sebanyak 15 makam, bernisan dua sebanyak 15 makam, dan satu makam bernisan tiga.
Jenis nisan tiap-tiap makam dari sebelah kiri arah utara, antara lain:
1. Makam Datu Mari-Mari
Makam ini memiliki tiga nisan, yakni nisan jenis gada bersudut empat.
2. Makam Tanpa Nama
Terletak di sebelah makam Datu Mari-Mari. Mempunyai satu nisan dengan jenis nisan yakni nisan menhir.
3. Makam Tanpa Nama
Berada di urutan ketiga, setelah makam Datu Mari-Mari. Bernisan satu dengan menggunakan jenis nisan menhir.
4. Makam Addatuang Sidenreng
Hanya mempunyai satu nisan yang berjenis gada.
Nisan yang digunakan berjumlah dua buah dengan jenis nisan gada bersudut delapan bermahkota kerucut. Dibawah makam, terdapat lubang bekas hasil ekskavasi BP3. lubang tersebut menunjukkan bagaimana cara orang-orang terdahulu dimakamkan (sebagai contoh pemakaman masa lalu).
6. Makam Latenri Bali Datu Soppeng
Nisan yang digunakan yaitu nisan menhir sebanyak dua buah. Nisan di bagian sebelah utara lebih besar daripada nisan di sebelah selatan.
7. Makam Weada Datu Soppeng
Makam yang bernisan dua dengan jenis nisan yaitu nisan pipih. Tetapi, nisan bagian selatan telah rusak. Makam ini merupakan salah satu makam yang lengkap, yakni mempunyai kaki, badan, dan kepala makam yang berbentuk gunungan dengan dihiasi ukiran sulur-suluran.
8. Makam Lamatesso
Makam bernisan dua dengan jenis nisan yang berbeda. Nisan sebelah utara berbentuk gada yang bersudut delapan, sedangkan nisan sebelah selatan berbentuk hulu keris.
Terletak di sebelah selatan makam Lamatesso. Memiliki dua nisan dengan tipe gada bersudut delapan tanpa mahkota. Bentuknya berundak-undak dan memiliki gunungan.
10. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki dua nisan yang bertipe gada bersudut delapan. Nisan bagian utara lebih besar daripada nisan bagian selatan.
11. Makam Pajung Luwu
Merupakan makam bernisan dua. Menggunakan jenis nisan gada yang bersudut delapan dan bermahkota.
12. Makam Tanpa Nama
Makam yang bernisan dua dengan tipe gada bersudut empat dan bermahkota. Nisan gada bagian utara lebih besar daripada nisan gada bagian selatan. Makam ini juga mempunyai gunungan.
13. Makam Petta Bulue
Makam Petta Bulue adalah makam yang memiliki dua nisan. Nisan yang digunakan yaitu nisan tipe menhir dengan nisan sebelah utara lebih besar daripada nisan sebelah selatan.
14. Makam Tanpa Nama
Makam bernisan satu dengan tipe nisan menhir.
15. Makam Tanpa Nama
Berada di sebelah utara makam yang ke-14. Memiliki dua nisan gada yang bersudut delapan dan bermahkota. Selain itu, terdapat pula gunungan, badan, kaki, dan kepala makam.
16. Makam Tanpa Nama
Makam tanpa nama ini berada di sebelah makam nomor 15. Makam ini memiliki jumlah nisan satu bertipe nisan menhir.
17. Makam Tanpa Nama
Memiliki dua nisan yang berbeda jenis, yakni nisan pipih dan nisan hulu keris. Memiliki gunungan pada kepala makam dengan motif hias geometris. Nisan pipih pada makam memiliki mahkota.
18. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki nisan yang berbentuk menhir di bagian selatan. Dilihat dari segi teknologi pembuatan, makam ini berbeda dari makam yang lainnya, yakni menggunakan teknologi pembuatan makam yang masih sederhana.
19. Makam Tanpa Nama
Merupakan makam bernisan satu jenis menhir dengan ukuran yang agak besar.
20. Makam Tanpa Nama
Makam tanpa nama yang bernisan satu dengan jenis nisan pipih yang sudah mulai rusak.
21. Makam Tanpa Nama
Makam ini berbentuk berundak-undak dengan memiliki kaki, badan dan kepala makam. Makam ini memiliki gunungan dan memiliki nisan bentuk pipih. Nisan pipihnya ada dua dan tanpa mahkota.
22. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki dua nisan, yaitu nisan bentuk pipih dan nisan ulu keris.
23. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki nisan berjumlah satu dan berbentuk pipih yang sudah rusak.
24. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki nisan bentuk pipih yang bersusun.
25. Makam Tanpa Nama
Makam memiliki nisan bentuk pipih yang sudah rusak.
26. Makam Tanpa Nama
Makam ini memiliki sebuah nisan. Nisan pada makam ini tidak dapat diidentifikasi karena nisannya sudah rusak.
27. Makam Tanpa Nama
Makam memiliki sebuah nisan yang berbentuk pipih.
28. Makam Tanpa Nama
Makam tanpa nama yang memiliki bentuk nisan pipih yang berjumlah satu.
29. Makam Tanpa Nama
Makam tanpa nama ini memiliki nisan yang berjumlah satu dengan bentuk nisan pipih.
30. Makam Tanpa Nama
Makam tanpa nama ini memiliki bentuk badan makam yang kecil dari makam yang lain. Makam ini memiliki gunungan dengan bentuk nisan gada yang berjumlah dua.
2.3. Ragam Hias
2.3.1. Ragam Hias Pada Makam
Jika ditinjau dari penggunaan ragam hias pada makam, terdapat empat jenis ragam hias yang digunakan. Ragam hias tersebut yaitu sulur-suluran, geometris, flora, dan kaligrafi yang hanya terdapat pada sebagian kecil makam.
Ragam hias yang digunakan pada nisan di kompleks makam Jera Lompoe, yaitu berupa ragam hias sulur-suluran, geometris, dan lidah api yang terdapat pada bagian atas dan kaki nisan.
BAB III
PENUTUP
Makam pada kompleks Makam Jera’ Lompoe merupakam makam raja-raja Soppeng, Luwu dan Bone. Makam ini merupakan makam Islam. Makam-makam pada Jera’ Lompoe memiliki 31 jumlah makam. Makam tersebut ada yang berundak-undak dan tidak berundak-undak. Makam-makam tersebut juga memiliki berbagai tipe nisan, yaitu tipe ulu keris, gada, pipih dan menhir.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_soppeng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.