Minggu, 24 Februari 2019

Manusia dan Kemungkinan Ultimnya

Dalam pendangan filsafat, tujuan akhir itu adalah rangkaian dari kemungkinan-kemungkinan yang terdiri atas gejala dan kategori yang dapat berkembang kearah sintesa yang baru. Dari cara pandang ini berarti subyek utama dari filsafat adalah hasil dari tindakan rasional manusia atas apa yang dapat dilahirkannya. Dengan demikian ultimo dari manusia adalah rangkaian yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi mentautkan sejak awal. Demikianlah maka filsafat melihat gejala atau kategori didasarkan atas apa yang dipikirkan oleh akal. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh August Comte bahwa “saya berfikir maka saya ada”. Sehingga sesuatu yang ada itu kalau ada yang memikirkannya. Beranjak dari sini dapat dikatakan ultima ada karena ada yang memikirkannya. Inilah proses berfikir filsafat, dimana jawabannya akan selalu menjadi pertanyaan ulang.

Melahirkan suatu ultima dari manusia, dapat ditelusuri melalui suatu rangkaian kejadian atau peristiwa yang dapat menyebabkan peristiwa berikutnya, sampai diperoleh suatu peristiwa atau kategori yang lebih baik dari sebelumnya. Seseorang dengan masa lalu dibesarkan dalam lingkungan agama, maka orang tersebut akan mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan logika berdasarkan atas ajaran agama. Akibatnya seseorang telah memperoleh jawaban yang pasti atas kebenaran. Tidak demikian halnya dengan ilmu pengetahuan, ia akan berkembang secara dialektis berdasarkan atas logika rasional dimana suatu pendapat atau thesis akan mendapati suatu antithesis. Bila unsure-unsur terjelek keduanya dibuang, kita akan mendapatkan suatu sintesa baru. Sintesa yang baru ini akn di antithesa. Demikianlah maka ultimo manusia akan berkembang menurut hokum dialektis, menjawab pertanyaan-pertanyaan manusia yang bertanya pada kategori yang tiada habisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini