Ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan laut, danau, dan sungai dipelajari dalam ilmu arkeologi yaitu material budaya maritim, termasuk kapal-kapal, fasilitas sisi tepi laut, muatan/kargo, dan bahkan manusia. Arkeologi maritim tidak perlu dibingungkan dengan arkeologi bawah air, yang menggambarkan ilmu masa lalu secara menyeluruh mengenai sisa-sisa di bawah permukaan laut. Arkeologi maritim merupakan bagian dari spesialisasi arkeologi bawah air, walaupun tidak semua sisa-sisa aktivitas kemaritiman itu terendam di dalam air. Arkeologi maritim mempelajari kapal karam, penguburan kapal, masyarakat pantai seperti desa nelayan dan lingkungan industri, termasuk arkeologi shipyard, kapal mengambang, dan tentu saja bangkai kapal yang tenggelam.
Arkeologi maritim juga tidak perlu dibingungkan dengan arkeologi laut, yang meneliti secara spesifik konstruksi kapal dan penggunaannya. Arkeologi kelautan merupakan spesialisasi dalam arkeologi maritim. Keith Muckelroy mendefinisikan arkeologi maritim bahwa objek utama dari ilmu ini adalah manusia dan bukan kapal, kargo, alat kelengkapan atau instrumen yang dihadapi setiap peneliti. Muckelrot berpendapat bahwa arkeologi maritim berkaitan dengan budaya maritim, bukan hanya pada masalah teknis, tetapi juga sosial, ekonomi, politik, agama dan sejumlah aspek lainnya.
Pendekatan ini telah menemukan dukungan yang lebih luas dalam dunia arkeologi, khususnya dikalangan penganut antropologi shipwreck, yang telah menganjurkan dan memperluas masuknya jalan penyelidikan ilmiah, misalnya pemeriksaan kelompok situs, seperti jumlah bangkai kapal besar disuatu wilayah geografis tertentu atau area (misalnya pekerjaan Layanan US National Park di Taman Kering Nasional Tortugas di Florida) dan bagaimana kecelakaan merupakan indikator sebuah daerah (lihat pendekatan daerah), misalnya karya kolaboratif beberapa ilmuwan yang assesing Great Lakes di Amerika Utara. Penelitian lain sudah termasuk pendekatan tematik (lihat studi Tematik), seperti pemeriksaan situs yang terkait dengan perdagangan tertentu atau peristiwa. Contohnya adalah Belanda East India Company (VOC), Inggris East India Company, atau Gold Rush California; penelitian tentang yang terakhir ini mengkaji peran kapal dan budaya maritim di Gold Rush melalui studi dari situs, mulai dari kapal penarik ke darat yang digunakan sebagai gudang, seperti Niantic, kapal yang berfungsi sebagai bangunan mengambang, seperti kapal penumpang La Grang, kapal Tennesse, dan seperti Toko Hoff yang merupakan sebuah bisnis pantai maritim.
Muckelroy, dalam teori arkeologi maritim, mengusulkan tiga hierarki, dimulai dengan arkeologi bangkai kapal, dimana terjadinya sebuah situs kecelakaan dan lingkungan. Arkeolog maritim pada mulanya perlu memahami proses merusak yang melibatkan proses menyaring dan pengacakan. Proses penyaringan termasuk dengan hanyutnya bahan saat kapal itu hancur. Operasi penyelamatan dan disintegrasi, yang semuanya dapat menghapus bahan dan artefak dari catatan arkeologi. Proses scrambling termasuk yang terputus dari sebuah kapal yang ada dipermukaan, melalui aksi gelombang atau perang, misalnya distribusi unsur-unsur yang tersebar dari sebuah kapal yang telah menabrak batu dan kemudian berlayar sebelum tenggelam dan disintegrasi bertahap sebuah kapal dibagian bawahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.