Dalam bidang ilmu arkeologi, indikasi-indikasi mengenai adanya aktivitas manusia kadang-kadang ditemukan di lokasi yang sama dan membentuk suatu situs arkeologi baru yang semula belum diketahui keberadaannya. Indikasi-indikasi mengenai adanya aktivitas manusia tersebut merupakan bentuk data arkeologi. Data arkeologi tersebut dapat dikategorikan sebagai artefak, fitur, atau ekogak. Agar indikasi-indikasi tersebut dapat dijelaskan makna dan fungsinya, maka dilakukan beberapa kegiatan, yaitu:
- Perekaman, meliputi pengukuran, penggambaran, pemotretan dan pemetaan
- Interpretasi yang didasarkan pada: hasil perekaman data, sumber tertulis, gambar, foto dan peta lama, atau wawancara dengan penduduk sekitar
Tahapan kegiatan yang akan dijelaskan dalam tulisan ini meliputi tahap kegiatan perekaman yang meliputi pengukuran, penggambaran, pemotretan dan pemetaan. Kegiatan perekaman pada setiap situs berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan. Untuk lebih memudahkan dalam memahami kegiatan perekaman, akan dijelaskan melalui sebuah contoh dalam melakukan sebuah survei pada sebuah situs.
Yang dimaksud dengan kegiatan perekaman objek survei yaitu mencatat, menyalin, atau memetakan objek tersebut di kertas, baik dalam bentuk verbal (uraian kata) maupun visual (gambar, foto, peta). Pembuatan catatan yang baik dan lengkap harus dilakukan di lapangan. Catatan dan gambar sketsa yang telah dibuat di lapangan harus segera disalin dengan rapi (dalam format laporan). Oleh karena itu kegiatan pengukuran dan pencatatan detail objek atau situs harus dilakukan dengan cermat agar hasil perekaman di lapangan dapat disalin dengan akurat.
Perekaman objek atau situs yang disurvei dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik survei, mulai dari yang paling sederhana hingga yang rumit, meliputi: chain survey, plane table survey, levelling, theodolite survey, dan global positioning system (GPS). Teknik-teknik tersebut menggunakan peralatan pokok yang berbeda-beda, dan pemilihan masing-masing teknik tergantung pada sifat dan ukuran situs yang perlu dipetakan.
Contoh kegiatan yang akan dilakukan pada sebuah situs, diberi nama situs A. Situs A merupakan sebuah situs berupa bangunan monumental, yaitu bangunan bersejarah yang merupakan bangunan tunggal dan masih utuh. Perekaman yang dilakukan pada survei di situs A meliputi:
Pengukuran
Dalam merekam data tersebut, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan observasi. Observasi yang dilakukan meliputi observasi menyeluruh terhadap bangunan tersebut, dan mengamati detail-detailnya, yang meliputi bentuk dan kostruksi bangunan mulai dari lantai hingga atap, ciri arsitekturalnya, bahan bangunan, tebal dinding, dan indikasi-indikasi yang menunjukkan perubahan-perubahan yang telah terjadi pada bangunan tersebut. Hasil observasi tersebut kemudian dibuatkan catatan dan juga ditambahkan informasi yang diperlukan, baik melalui narasumber maupun dari studi literatur.
Setelah melakukan observasi, tahap selanjutnya adalah membuat sket denah bangunan dan mengukur secara horizontal semua bagian dari bangunan tersebut dengan teliti, dengan menggunakan rol meter. Dalam membuat gambar denah, letak pintu masuk atau jendela harus diposisikan dengan benar. Selain itu gambar tampak depan bangunan juga dibuat dengan melakukan pengukuran secara horizontal dan vertikal. Apabila pengukuran secara vertikal sulit dilakukan karena bangunan yang tinggi, dilakukan pemotretan. Pemotretan yang dilakukan adalah mengambil foto tampak depan bangunan yang dilengkapi dengan skala untuk membantu dalam membuat gambar tampak depan tersebut.
Penggambaran
Gambar sket yang dibuat secara lengkap dan teliti dengan catatan mengenai ukuran dan keterangan lainnya sangat diperlukan dalam survei arkeologis. Hal ini mengingat sket yang dibuat secara terinci akan memudahkan proses penyalinan gambar untuk melengkapi suatu laporan survei. Gambar yang dibuat untuk merekam hasil survei dapat dikatakan baik dan informatif jika gambar tersebut mudah dimengerti dan dilengkapi dengan penjelasan yang memadai.
Gambar yang perlu dibuat untuk melengkapi sebuah laporan survei situs A adalah gambar denah dan gambar tampak depan bangunan. Dalam hal ini skala juga sangat diperlukan dalam menggambar hasil survei tersebut; semakin besar skala yang dipakai, akan semakin banyak detail yang dapat ditampilkan. Namun, bila gambar yang dibuat terlalu banyak detail, mislanya seluruh susunan batu batanya juga ditampilkan, maka gambar denah atau tampak depan yang dihasilkan menjadi tidak jelas, atau bahkan membingungkan.
Peralatan dasar yang diperlukan untuk menggambar meliputi: pensil, pena, dan penggaris. Melalui alat-alat yang sederhana itu pun sudah dapat dihasilkan gambar yang memadai untuk laporan, suatu laporan verbal. Dalam hal ini, kunci laporan visual arkeologis yang baik terletak pada pemilihan skala, ukuran, dan detail objek.
Pemotretan
Foto untuk kepentingan perekaman data monumental perlu dibuat dari segala bagian bangunan dan dilengkapi dengan skala. Foto, selain dapat digunakan untuk menginterpretasikan tinggi bangunan, juga dapat membantu ingatan dalam merekam detail-detail bangunan, seperti bentuk dan letak pintu, jendela, tiang, bentuk atap, dan hiasan. Selain itu, detail bangunan yang terekam dalam foto antara lain dapat dipakai untuk menginterpretasikan ciri arsitektural, latar belakang etnik atau agama pendiri bangunan, dan periode pembangunannya. Bagian-bagian tertentu dari bangunan, yang menunjukkan ciri-ciri khusus perlu di foto dari jarak dekat (close up). Foto semacam ini juga dapat membantu proses pendeskripsian bangunan dan interpretasi.
SUMBER PUSTAKA
Bahn, Paul. 1996. Archaeology; Theories, Methods, and Practice. United States of America: B.R. Donnelley and Sons Company.
Drewett, Peter L. 1999. Field Archaeology: An Introduction. London: UCL Press.
Fagan, Brian M. 1985. In The Beginning An Introduction to Archaeology. Diterjemahkan: Iwan Sumantri.
Simanjuntak, Dr.Truman, dkk. 2000. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.