Senin, 04 Maret 2019

Reading The Past (Bab 3: Structuralist Archaeology)

Bab 3 dalam buku Reading The Past yaitu "Structuralist Archaeology", membahas mengenai pernyataan dari beberapa ahli arkeologi yang mengalami perubahan dari arkeologi fungsionalisme menjadi arkeologi strukturalisme. Edmund Leach (1973), Leroi Gourhan (1965), dan Levi Strauss merupakan beberapa ahli yang telah memperdebatkan mengenai arkeologi strukturalis ini.
Pendekatan struktural dalam arkeologi kurang berkembang. Hal ini dikarenakan terdiri dari berbagai macam pendekatan linguistik dari Saussure, tata bahasa generatif dari Chomsky, perkembangan psikologi dari Piaget dan analisis mendalam mengenai makna dari Levi-Strauss. Penyebab yang kedua yaitu pendekatan struktural hampir sama dengan analisis sistem yang dipakai oleh arkeologi prosesual, karena keduana berfokus pada sebuah sistem. Analisis sistem struktur sebenarnya digunakan untuk mencari hubungan antara sub sistem, beberapa sistem, dan beberapa sistem serta komponen dari sistem. Kesamaan yang lain antara teori sistem dan struktural adalah keduanya kadang-kadang menggunakan observable.
Dari struktural linguistik Saussure, tanda dipandang sebagai sesuatu yang berubah-ubah dan konvensional. Dengan kata lain, setiap simbol dapat digunakan sebagai penanda oleh setiap orang. Karena berubah-ubah, maka analisis makna Saussure berkonsentrasi pada kumpulan struktur yang berbeda. Sedangkan analisis yang terbaik dalam arkeologi dicontohkan oleh karya Washburn (1983), yang telah berkonsentrasi pada cara aturan simentri yang dapat diidentifikasi dan dibandingkan dalam antar budaya. Contohnya yaitu pemeriksaan desain gerabah, dapat menghasilkan klasifikasi yang tidak didasarkan pada motif dari desain gerabah tersebut, tetapi dengan cara penggabungan motif pada hubungan yang bersifat simetris. Analisis simetris dianggap hal yang non-generatif karena terkait dengan pemeriksaan pola yang ada, statis, pada permukaan gerabah, dan mengidentifikasi struktur yang mendasarinya.

Ketika meminta arti dari simetri atau struktur formal lainnya, ketika mempertimbangkan apakah simetri pada dekorasi tembikar merupakan proses transformasi dalam organisasi sosial, atau proses penguburan, dan ketika menghubungkan struktur tersebut dengan struktur yang abstrak dalam pikiran, artinya telah mulai berpindah dari analisis formal ke analisis struktural. Artinya, kita tidak lagi berpikiran mengenai makna apa yang tersirat dari simbol suatu objek, tetapi lebih berpikiran mengenai kepada apa yang ada dibalik pemikiran seseorang sehingga menghasilkan objek dan motif atau simbol dari objek tersebut. Analisis struktural terkadang selalu berkaitan dengan lingkungan. Hal ini dipertegas oleh Arnold yang menyediakan informasi kontekstual antara motif hiasan pada gerabah dengan lingkungan.

Strukturalisme memberikan metode dan teori untuk analisis makna budaya material. Arkeolog prosesual telah banyak berkaitan dengan fungsi simbol. Sebagaimana telah dilihat bahwa fungsi merupakan aspek penting dari makna, penggunaan dan asosiasi tembikar dengan isinya, dengan api, dimana isi tembikar akan diolah dengan identitas kesukuan dan hierarki sosial. Kesemuanya itu penting, meskipun bukan penentu makna simbolis tembikar tersebut. Tetapi para arkeolog prosesual belum peduli dengan asosiasi fungsional dalam struktur makna. Apapun keterbatasan strukturalisme, ia menyediakan langkah awal kearah pendekatan yang lebih luas. Selain itu, strukturalisme dalam bentuk apapun dapat memberikan kontribusi untuk arkeologi, apapun karakter, gagasan transformasi, tentunya telah mencatat pentingnya mengubah budaya, namun strukturalisme menyediakan sebuah metode dan tingkat analisis yang lebih dalam. Budaya material tidak mewakili hbungan sosial, melainkan merupakan cara subjektif melihat hubungan sosial.






RESENSI BUKU:
"Reading The Past, Bab 3: Structuralist Archaeology"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini