Tulisan Colin Renfrew yang berjudul "Symbol before Concept, Material Engagement and the Early Develompment of Society" menjelaskan bagaimana simbol itu sebelum menjadi sebuah konsep. Asumsi yang mendasari pertentangan antara arkeologi prosesual dan postprosesual yaitu adanya asumsi arkeologi postprosesual, bahwa interpretasi yang dikemukakan dalam hubungannya dengan satu konteks yang diteliti adalah terdiri dari beberapa kepentingan yang lebih luas, dan mungkin relevan untuk interpretasi yang dibuat sehubungan dengan konteks yang berbeda. Hal tersebut mungkin terjadi dan telah umum di kalangan arkeolog prosesual.
Salah satu kritik yang sering ditujukan arkeologi prosesual awal oleh para kritikus aliran postprosesual sebagai saintisme dari prosesualis adalah kecenderungan untuk perbandingan lintas budaya. Selain itu sering juga untuk generalisasi yang pasti mencapai seberang batas-batas spasial dan temporal konteks individu dan kelompok-kelompok sosial tertentu. Hal tersebut relevan ketika hubungan antara simbol dan rujukan dalam pertimbangan. Hal ini bisa dimengerti bahwa hubungan antara penanda dan hal yang ditandai, sebagian besar salah satunya sering sewenang-wenang dan setiap kesimpulan maknanya didasarkan pada budaya materil. Hal tersebut memang harus dilakukan dengan penuh pertimbangan sebagai konteks budaya yang dipahami dalam hal temporal dan posisi spasial dan pendahulunya yang langsung.
Secara umum perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya telah disepakati dengan sangat jelas, yakni kemampuan menggunakan simbol oleh manusia. Ernest Cassirer (1944:26) mendefinisikan manusia sebagai animal symbolicum, atau makhluk yang bersimbol. Hal ini dikarenakan manusia cenderung untuk menggunakan lambang-lambang terutama bahasa dalam kehidupannya. Sehingga merupakan sebuah gejala yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Kata-kata tentunya merupakan simbol yang dalam pengertiannya mencakup kemampuan untuk berbicara dan berbahasa. Tetapi, ada pula komunikasi non verbal dan simbol yang dapat mendahului sebuah bahasa. Dalam pembahasan ini, Renfrew ingin membuat pokok dari benda-benda material kebudayaan yang dapat mengakui aturan yang berlaku, seperti yang ditegaskan oleh Hodder (1986) bahwa terdapat beberapa kategori dari "symbol" yang tidak cukup bila dideskripsikan dengan menggunakan formulasi:
X melambangkan Y pada C (dimana C adalah konteks)
Penjelasan yang lazim digunakan adalah X yang merupakan petanda (signifier) yang menggambarkan atau melambangkan adanya Y sebagai penanda (signified). Pada bahasan ini pula, Renfrew akan menggambarkan mengenai perhatian terhadap suatu jarak dari kasus dimana suatu benda material yang sebenarnya berfungsi sebagai suatu simbol. Hal ini yang disebut dengan aturan simbolis, tidak menggambarkan hal lain, tetapi hana menggambarkan hal-hal apa yang terkandung di dalamnya dan bersifat aktif, yang dapat disebut dengan constitutive symbol.
RESENSI BUKU:
Colin Renfrew. "Symbol Before Concept, Material Engagement and The Early Development of Society".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.