Selasa, 24 September 2019

Penelitian Kecil Sejarah Budaya: Masjid Tua Al-Hilal Katangka


Masjid Katangka terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf. Masjid Katangka didirikan pada tahun 1603 dan diresmikan pada tahun 1981 oleh menteri Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan kebudayaan,  Prof. Dr. Haryati Soebadio.

Kehadiran Masjid Al Hilal Katangka inilah titik awal berkembangnya Islam di selatan Pulau Sulawesi. Islam diperkenalkan di Gowa oleh 41 mubaliq dari Timur Tengah dan tidak diketahui dengan jelas identitas resminya. Namun menurut cerita, mereka memperkenalkan Islam melalui sholat Jum’at yang pertama kali dilaksanakan dibawah pohon Katangka, daerah yang kini bernama Jalan Syekh Yusuf, di Kecamatan Somba Opu.

Pohon Katangka yang tadinya memayungi para mubaliq Timur Tengah saat sholat ditebang, Kayunya dibuat sebagai bahan utama material bangunan Masjid. Dan sampai sekarang ini bagian atap atau kuda – kuda Masjid ini masih diyakini masyarakat dibangun dari pohon Katangka.

Bangunan itu menyerupai arsitektur masjid Demak, dibangun tahun 1603, pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin, Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Setelah Raja Gowa ke 14 Sultan Alauddin memeluk Islam, dibangunlah sebuah Masjid yang kini masih berdiri dengan kokoh.

Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid tersebut sering dijadikan tempat melepaskan nazar bagi sebagian warga Bugis-Makassar. Masjid itu sering dikunjungi warga yang datang dari berbagai tempat yang jauh, yang meyakini bahwa dengan melakukan salat pada bulan Ramadan di masjid tersebut akan mendapatkan berkah yang berlipat ganda.

Masjid Katangka dibangun di atas areal seluas 610 m2, dengan luas bangunannya sekitar 212,7 m2. Masjid katangka menghadap ke timur dan dikelilingi pagar besi dengan tiang pagar dari tembok dengan ketinggian sekitar satu meter. Ada enam jendela besar berukuran 3,5 x 1,5 meter dengan tebal satu meter lebih. Dindingnya terbuat dari batu bata yang cukup tebal, mencapai 120 sentimeter (cm).

Disekitar masjid, terdapat makam raja-raja Gowa dan kerabat kerajaan. Pada bagian selatan, masjid langsung berbatasan dengan jalan raya dan rumah penduduk. Pada bagian selatan masjid terdapat enam buah keran air yang difungsikan untuk mengambil air wudhu dan sebuah subur yang kira-kira berdiameter satu meter. Pada setiap sisi utara, selatan, timur dan barat, terdapat dua buah jendela. Masjid Katangka berdenah persegi empat, atapnya berbentuk merli atau tumpang, dan di atas atap terdapat lambang mustika.Masjid Katangka memiliki halaman depan. Di depan masjid terdapat sebuah aula atau baruga.

Baruga pada Masjid Katangka berbentuk persegi empat yang terbuat dari kayu. Atap baruga terbuat dari seng dan tiangnya terbuat dari kayu. Tiang tersebut terdiri atas 13 buah tiang di pinggir dan sebuah tiang di tengah baruga. Di atas palpon baruga terdapat dua buah kipas angin. Di dalam baruga, terdapat meja-meja kecil dan papan tulis kecil. Lantai pada aula masjid terbuat dari tehel.

Masjid Katangka memiliki dua pintu, dimana setiap pintu memiliki dua daun pintu. Di depan pintu sebelah kiri, terdapat sebuah bedug yang digunakan untuk menandakan masuknya waktu shalat. Sedangkan di depan pintu sebelah kanan, terdapat  dua buah rak sepatu. Walaupun memiliki dua pintu, tetapi pintu pada bagian kananlah yang selalu digunakan sedangkan yang sebelah kiri selalu tertutup.

Setelah kita masuk lewat pintu masjid, kita akan masuk ke dalam ruangan yang sudah tidak digunakan lagi. Di sebelah kanan ruangan ini terdapat sebuah tempat mengambil air wudhu yang sudah tidak digunakan lagi. Setelah melewati ruangan ini, kita akan masuk ke dalam masjid melewati pintu masuk berjumlah tiga pintu dengan dua daun pintu. Pintu ini sama dengan pintu yang ketika kita masuk pada ruangan sebelumnya, tetapi pintu ini memiliki tulisan Arab berbahasa Makassar di atas pintunya.

Masjid Katangka memiliki ruang utama. Di ruang utama terdapat tiang dan mihrab serta ada mimbar. Tiangnya berjumlah empat berbentuk bulat yang dibuat dengan cor serta dilengkapi sembilan pilar pendukung berbentuk lingkaran dengan diameter 70 cm.

Struktur atapnya mirip bangunan joglo. Memiliki empat tiang penyangga yang dalam arsitektur Jawa disebut soko guru. Terdapat dua lapis atap. Atap bagian atas berbentuk segi tiga piramida dengan bahan dari genteng. Masjid ini juga memiliki serambi sebagaimana umumnya masjid di Jawa.

Terdapat sebuah mimbar dan sebuah mihrab yang terdapat tulisan Arab berbahasa Makassar terbuat dari ukiran kayu. Di samping kiri dan kanan mimbar, terdapat sebuah tombak yang panjang dan memiliki bendera. Pada sudut masjid sebelah kiri terdapat sebuah jam besar berukuran kira-kira dua meter.

Di dalam masjid terdapat lima buah mesin pendingin dan enam buah kipas angin. Di tengah-tengah masjid, terdapat sebuah lampu yang unik dan besar. Tiap-tiap sudut bagian atas masjid terdapat satu buah bola lampu.

Pada bagian dinding plafon masjid terdapat sebuah pintu untuk menuju ke lantai dua masjid, tetapi tak memiliki tangga. Pintu tersebut berukuran kecil dan selalu tertutup. Ketika ingin naik ke lantai dua, pintu itu baru terbuka dan tangganya pun baru di pasang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini