Masjid Katangka
terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar
1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km
dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf. Masjid Katangka didirikan pada tahun 1603 dan diresmikan pada tahun
1981 oleh menteri Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
kebudayaan, Prof. Dr. Haryati Soebadio.
Kehadiran Masjid Al Hilal Katangka inilah titik
awal berkembangnya Islam di selatan Pulau Sulawesi. Islam diperkenalkan di Gowa
oleh 41 mubaliq dari Timur Tengah dan tidak diketahui dengan jelas identitas
resminya. Namun menurut cerita, mereka memperkenalkan Islam melalui sholat
Jum’at yang pertama kali dilaksanakan dibawah pohon Katangka, daerah yang kini
bernama Jalan Syekh Yusuf, di Kecamatan Somba Opu.
Pohon Katangka yang tadinya memayungi para
mubaliq Timur Tengah saat sholat ditebang, Kayunya dibuat sebagai bahan utama
material bangunan Masjid. Dan sampai sekarang ini bagian atap atau kuda – kuda
Masjid ini masih diyakini masyarakat dibangun dari pohon Katangka.
Bangunan itu menyerupai arsitektur masjid
Demak, dibangun tahun 1603, pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan
Alauddin, Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Setelah Raja Gowa ke 14
Sultan Alauddin memeluk Islam, dibangunlah sebuah Masjid yang kini masih
berdiri dengan kokoh.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid
tersebut sering dijadikan tempat melepaskan nazar bagi sebagian warga
Bugis-Makassar. Masjid itu sering dikunjungi warga yang datang dari berbagai
tempat yang jauh, yang meyakini bahwa dengan melakukan salat pada bulan Ramadan
di masjid tersebut akan mendapatkan berkah yang berlipat ganda.
Masjid Katangka dibangun di atas areal seluas
610 m2, dengan luas bangunannya sekitar 212,7 m2. Masjid
katangka menghadap ke timur dan dikelilingi pagar besi dengan tiang pagar dari
tembok dengan ketinggian sekitar satu meter. Ada enam jendela besar berukuran
3,5 x 1,5 meter dengan tebal satu meter lebih. Dindingnya
terbuat dari batu bata yang cukup tebal, mencapai 120 sentimeter (cm).
Disekitar masjid, terdapat makam raja-raja Gowa
dan kerabat kerajaan. Pada bagian selatan, masjid langsung berbatasan dengan
jalan raya dan rumah penduduk. Pada bagian selatan masjid terdapat enam buah
keran air yang difungsikan untuk mengambil air wudhu dan sebuah subur yang
kira-kira berdiameter satu meter. Pada setiap sisi utara, selatan, timur dan
barat, terdapat dua buah jendela. Masjid Katangka berdenah persegi empat,
atapnya berbentuk merli atau tumpang, dan di atas atap terdapat lambang
mustika.Masjid Katangka memiliki halaman depan. Di depan masjid terdapat sebuah
aula atau baruga.
Baruga pada Masjid Katangka berbentuk persegi
empat yang terbuat dari kayu. Atap baruga terbuat dari seng dan tiangnya
terbuat dari kayu. Tiang tersebut terdiri atas 13 buah tiang di pinggir dan
sebuah tiang di tengah baruga. Di atas palpon baruga terdapat dua buah kipas
angin. Di dalam baruga, terdapat meja-meja kecil dan papan tulis kecil. Lantai
pada aula masjid terbuat dari tehel.
Masjid Katangka memiliki dua pintu, dimana
setiap pintu memiliki dua daun pintu. Di depan pintu sebelah kiri, terdapat
sebuah bedug yang digunakan untuk menandakan masuknya waktu shalat. Sedangkan
di depan pintu sebelah kanan, terdapat
dua buah rak sepatu. Walaupun memiliki dua pintu, tetapi pintu pada
bagian kananlah yang selalu digunakan sedangkan yang sebelah kiri selalu
tertutup.
Setelah kita masuk lewat pintu masjid, kita akan
masuk ke dalam ruangan yang sudah tidak digunakan lagi. Di sebelah kanan
ruangan ini terdapat sebuah tempat mengambil air wudhu yang sudah tidak
digunakan lagi. Setelah melewati ruangan ini, kita akan masuk ke dalam masjid
melewati pintu masuk berjumlah tiga pintu dengan dua daun pintu. Pintu ini sama
dengan pintu yang ketika kita masuk pada ruangan sebelumnya, tetapi pintu ini
memiliki tulisan Arab berbahasa Makassar di atas pintunya.
Masjid Katangka memiliki ruang utama. Di ruang
utama terdapat tiang dan mihrab serta ada mimbar. Tiangnya berjumlah empat
berbentuk bulat yang dibuat dengan cor serta dilengkapi sembilan pilar
pendukung berbentuk lingkaran dengan diameter 70 cm.
Struktur atapnya mirip bangunan joglo. Memiliki
empat tiang penyangga yang dalam arsitektur Jawa disebut soko guru. Terdapat
dua lapis atap. Atap bagian atas berbentuk segi tiga piramida dengan bahan dari
genteng. Masjid ini juga memiliki serambi sebagaimana umumnya masjid di Jawa.
Terdapat sebuah mimbar dan sebuah mihrab yang
terdapat tulisan Arab berbahasa Makassar terbuat dari ukiran kayu. Di samping
kiri dan kanan mimbar, terdapat sebuah tombak yang panjang dan memiliki
bendera. Pada sudut masjid sebelah kiri terdapat sebuah jam besar berukuran
kira-kira dua meter.
Di dalam masjid terdapat lima buah mesin
pendingin dan enam buah kipas angin. Di tengah-tengah masjid, terdapat sebuah
lampu yang unik dan besar. Tiap-tiap sudut bagian atas masjid terdapat satu
buah bola lampu.
Pada bagian dinding plafon masjid terdapat
sebuah pintu untuk menuju ke lantai dua masjid, tetapi tak memiliki tangga.
Pintu tersebut berukuran kecil dan selalu tertutup. Ketika ingin naik ke lantai
dua, pintu itu baru terbuka dan tangganya pun baru di pasang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.