Kamis, 26 September 2019

Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Barru, Propinsi Sulawesi Selatan - Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Barru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 km² dan berpenduduk sebanyak ±150.000 jiwa.

Kabupaten Barru adalah merupakan salah satu Daerah di Sul-Sel yang rnemiliki Obyek Budaya yang cukup banyak. Rumah adat Saoraja Lapinceng merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh Dg.Parani yang digelar Petta Sulle.

Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya tokoh pejuang kemerdekaan yang ditakdirkan lahir dan hadir di wilayah ini.Obyek sejarah tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Makam WE PANCE TANAH, Makam WE TENRI OLLE, Makam LAMADDUSSILA di Desa Pancana Kecamalan Tanete Rilau. Makam WE TENRI LELEANG. Makarn PETTA PALLASE LASEE. Masjid tua Lalabata Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau. Makam H. Muh. Fudail di Sumpang binangae Kec Barru. Monumen Garongkong dan Kompleks makam tanah MARIDIE Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru. Rumah adat LAPINCENG Desa Balusu Kecamatan Balusu. Monumen Paccekke Desa Paccekke Kecamatan Soppeng Riaja Kompleks Makam LAGONGGO Kelurahan Mallawa, Kompleks Makam AGUNG NEPO Kecamatan Mallusetasi.

Kabupaten Barru juga memiliki peninggalan prasejarah yang cukup banyak, diantaranya peninggalan budaya cap telapang tangan pada rumah-rumah baru, makam-makam besar yang memiliki nisan menhir yang terletak di Kecamatan Riaja, serta peninggalan alat-alat batu di Situs Campe, Kelurahan Rante Riaja.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba untuk membuat laporan yang berjudul, “Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Barru”. Laporan ini berisi hasil kunjungan lapangan terhadap budaya prasejarah di Kabupaten Barru. Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam memahami peninggalan-peninggalan budaya prasejarah di Kabupaten Barru.

 
Tujuan Penulisan
Penulisan ini dibuat bertujuan sebagai bentuk laporan atas hasil pengamatan penulis di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Penulisan ini dimaksudkan untuk melaporkan hasil pengumpulan data arkeologi berupa peninggalan prasejarah yang penulis peroleh ketika melakukan kegiatan penelitian di berbagai situs prasejarah di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.


Metodologi
Metode yang penulis lakukan dalam menulis laporan tentang “Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Barru”, yaitu:
1.            Kajian Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari bahan mengenai situs-situs prasejarah di Kabupaten Barru, serta gambaran umum Kabupaten Barru. Bahan-bahan tersebut diakses melalui internet.
2.             Wawancara
Wawancara yang penulis lakukan berupa hasil kuliah lapangan bersama teman-teman yang dibimbing dan diajar langsung oleh dosen, Muhammad Nur, S.S., M.A. Wawancara langsung dengan masyarakat penulis tidak sempat lakukan dengan alasan keterbatasan waktu.
3.            Fotografi
Teknik pengambilan data dengan fotografi berupa pemotretan pada temuan-temuan di lapangan yang didalamnya terdapat skala dan penunjuk arah.
4.            Deskripsi
Deskripsi yang dimaksudkan dalam pengambilan data ini berupa deskripsi situs dan temuannya. Deskripsi ini dilakukan agar dalam pembuatan laporan, orang yang  membaca laporan dapat lebih jelas mengetahui dimana temuan tersebut berada, beserta kondisi situs pada saat pengambilan data di lapangan.





BAB II LATAR BELAKANG KABUPATEN BARRU
Kabupaten Barru merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang mempunyai wilayah yang terbentang dipesisir selat Makassar,membujur dari arah selatan ke utara sepanjang kurang lebih 78 Km. Kabupaten Barru secara geografis terletak pada Koordinat 4’0,5’49” sampai    4’47’35”  Lintang selatan dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 ( 117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah  selatan dengan Kabupaten Pangkep, Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, Sebelah utara berbatasan dengan Kota Pare-Pare, dan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng

Secara Topografis Kabupaten Barru mempunyai wilayah yang cukup bervariasi ,terdiri dari daerah laut , dataran rendah dan daerah pegunungan  dengan ketinggian antara 100 sampai 500 m diatas permukaan laut(mdpl) Wilayan tersebut berada disepanjang timur Kabuapaten sedangkan bagian barat, topografi wilayah dengan ketinggian 0 – 20 m dpl berhadapan dengan selat makassar.

Iklim di wilayah kabupaten Barru termasuk tropis, dalam waktu satu tahun terjadi 2 kali pergantian musim, yaitu musim hujan terjadi pada  pada bulan Oktober hingga  Maret, angin bertiup dari arah barat, dan usim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, angin bertiup dari arah timur.

Berdasarkan tipe iklim dengan metode zone agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering ( curah hujan kurang dari 100 mm/bulan ), di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah (84.340 Ha) dengan tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut – turut kurang dari 2 bulan ( April sampai dengan September). Total hujan selama setahun sebanyak 113 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah hujan berdasarkan hari hujan terbanyak pada pada bulan Desember – Januari dengan jumlah curah hujan masing – masing 104 mm dan 17 mm.

Jenis tanah di Kabupaten Barru didominasi oleh jenis regosol seluas 41.254 Ha ( 38,20) ; Mediteran seluas 32.516 Ha (27,68 %) ; Lisotol selauas 29.043 Ha (24,72%) ; Alluvial seluas 4.659 ha     (12,48 %).
Berdasarkan karakteristik sumber daya alam yang ada,  kabupaten Barru mempunyai 4 wilayah, yaitu:

  1. Wilayah pegunungan yang berada disebelah timur, pada umumnya berada di kecamatan  Pujananting dan kecamatan Tanete Riaja. Wilayah ini merupakan daerah pertanian, pertambangan dan daerah kawasan peternakan. 
  2. Wilayah selatan adalah Kecamatan Tanete Rilau yang merupakan pintu gerbang dari Kabupaten Pangkep dengan Potensi Perikanan yang cukup luas seperti tambak dan perikanan laut. 
  3. Wilayah tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Barru yang merupakan Pusat Agropolitan yang terletak di Kecamatan Barru. 
  4. Wilayah utara yang terdiri dari Kecamatan Balusu, Soppeng Riaja dan Kecamatan Mallusetasi yang merupakan pintu keluar ke Kota Pare-pare, wilayah ini disamping sebagai Daerah Pertanian dan Perikanan, juga adalah Daerah Wisata khususnya Wisata laut yang terletak di Kecamatan Mallusetasi.Kondisi topografi Kabupaten Barru yang cukup bervariasi ini terdiri dari laut,dataran rendah, dan daerah pegunungan.




BAB III DESKRIPSI SITUS
Temuan Cap Telapak Tangan
Temuan Cap Telapak Tangan ini berada di Lingkungan Ralla, Kelurahan Lp. Riaja, Kecamatan Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Temuan ini berada di perkampungan penduduk yang padat.


Situs Tampung Lebba'e

Situs Tampung Lebba’e merupakan sebuah makam besar yang terletak di Lingkungan Ralla, Kelurahan Lp. Riaja, Kecamatan Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Situs ini berada dekat dengan temuan cap telapak tangan, berjarak ± 200m. Situs ini memiliki arah hadap utara-selatan, berada di daerah topografi lebih rendah dari jalan raya. Situs Tampung Lebba’e ini dipagari dengan pagar keliling. Selain itu, di depan pintu pagar pemakaman saat ini dijadikan TPS oleh masyarakat sekitar. Pintu masuk situs Tampung Lebba’e terdapat di sebelah barat, serta terdapat tumpukan sampah masyarakat sekitar di samping pintu masuk.

Pada bagian dalam situs Tampung Lebba’e, terdapat rumput liar yang tumbuh liar. Rumput liar tersebut tumbuh subur di dalam situs. Di tengah-tengah situs, terdapat dua pohon beringin yang besar. Serta terdapat pula pemakaman baru dengan arah hadap timur-barat di sebelah utara pohon beringin.



Situs Campe
Situs Campe berupa industri pembuatan alat batu. Situs ini terdapat di Lingkungan Jalanru, Kelurahan Rante Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Situs ini merupakan sebuah sungai, tetapi telah kering. Situs ini berada dekat dengan rumah penduduk.




BAB IV ANALISIS TEMUAN
Cap Telapak Tangan

Temuan cap telapak tangan ini ditemukan di beberapa rumah di lingkungan tersebut. Temuan ini berada di tiang rumah bagian atas dan bawah, serta di dinding bagian atas dan samping pintu rumah. Temuan cap telapak tangan ini positif. Dimana tangan dicelup lalu di tempelkan di medianya. Cap-cap telapak tangan ini berwarna putih dan semuanya merupakan cap telapak tangan sebelah kanan. Temuan ini hanya ditemukan di beberapa rumah saja di daerah tersebut.

Temuan Cap Telapak Tangan


Menurut Muhammad Nur, dosen pembimbing mata kuliah, gambar cap telapak tangan ini berupa simbol terhadap rumah baru. Dimana setiap rumah yang baru diberikan symbol cap telapak tangan agar terhindar dari bahaya. Kegiatan ini dilakukan ketika orang akan menempati rumah baru dan diadakan dengan upacara. Adapun rumah-ruumah yang telah tidak memiliki cap telapak tangan, dikarenakan rumah tersebut telah lama dan telah mengalami perbaikan atau direhab.


Situs Tampung Lebba'e

Situs Tampung Lebba’e merupakan sebuah kompleks pemakaman. Makam-makam dalam kompleks ini berupa makam tua dan besar, serta memiliki nisan dari menhir. Pemakan ini berorientasi utara-selatan. Dalam kompleks pemakaman situs Tampung Lebba’e terdapat berbagai macam bentuk dan ukuran nisan serta badan makam. Semua makam di situs ini memiliki badan makam, tetapi ada beberapa makam yang badan makamnya sudah tidak terlalu terlihat karena telah di tutup oleh tanah.


Bentuk badan makam pada situs Tampung Lebba’e terdiri atas empat model badan makam, yaitu:

Badan makam yang tersusun atas batu-batu kali yang besar dan disusun  rapi. Makam ini berbentuk persegiempat panjang. Bentuk makam yang memiliki model badan makam seperti ini, berukuran lebih besar dari makam yang lain. Selain itu, makam seperti ini memiliki nisan lebih dari satu.


Badan Makam Yang Tersusun Atas Batu Yang Rapi



Bentuk badan makam dari batu kali yang besar, dan batu kali tersebut dikasih berdiri di pinggir badan makam. Serta di badan makam hanya terdapat beberapa batu dan ada pula yang tidak ada batu kalinya. Makam yang berbentuk seperti ini memiliki model makam yang relative lebih kecil dari bentuk badan makam yang pertama. Makam ini ada yang memiliki nisan satu, dan ada pula yang dua.

Makam Yang Terdiri Dari Batu Kali di Pinggir Badan Makam





Badan makam yang terdiri atas susunan batu kali yang kecil-kecil. Batu kali tersebut disusun sekeliling nisan. Makam ini hanya satu dan terdapat di dekat pagar masuk makam, serta hanya memiliki satu buah nisan.
 
Badan Makam Yang Tersusun Dari Batu Kali Kecil




Bentuk badan makam dari batu kali yang kecil-kecil dan tersusun rapi. Bentuk badan makam seperti ini ada yang berukuran besar, dan ada pula yang berukuran kecil. Jumlah nisannya pun ada yang dua buah dan satu buah.
Selain bentuk badan makam yang beraneka ragam, dalam situs Tampung Lebba’e juga terdapat berbagai bentuk dan ukuran nisan. Nisan pada kompleks pemakam ini berbentuk menyerupai menhir. Ukuran menhir tersebut terdiri atas:
1.        Nisan yang berukuran besar, yaitu ± 180 cm – 250 cm. Nisan yang memiliki ukuran nisan seperti ini berjumlah tujuh buah nisan.
2.        Nisan yang berukuran sedang, yaitu ± 98 cm – 180 cm. Nisan yang memiliki ukuran seperti ini berjumlah 37 buah nisan.
3.        Nisan yang berukuran kecil, yaitu ± 0 cm – 90 cm. Nisan yang memiliki ukuran seperti ini berjumlah 139 buah nisan.


Macam-Macam Jenis Nisan


Bentuk nisan terbagi atas berbagai macam bentuk nisan. Akan tetapi ada satu buah bentuk nisan yang paling dominan atau banyak digunakan. Bentu nisan itu seperti patah dan rucing di salah satu sudut bagian atas nisan.


 Situs Campe

Situs Campe ini merupakan sebuah tempat industri alat batu pada masa lalu. Hal ini ditandakan dengan ditemukannya berbagai alat batu inti serta serpihan. Alat-alat batu ini tersebar luas di aliran sungai tersebut. Pada situs ini, banyak pula ditemukan alat-alat batu retouch (telah dua kali atau lebih dilakukan pemangkasan).



Temuan Alat Batu




BAB V PENUTUP

Dari hasil laporan yang penulis lakukan, penulis menyimpulkan bahwa Kabupaten Barru memiliki potensi peninggalan Prasejarah. Hal ini dapat dilihat pada temuan-temuan yang penulis temukan di lapangan. Dimana masih terdapat tradisi cap telapak tangan yang merupakan tradisi masa lalu. Tradisi seperti ini dapat dilihat pula pada gambar cap telapak tangan di gua-gua yang berada di Maros-Pangkep. Selain itu, terdapat pula kompleks makam, “Tampung Lebba’e” dimana makam-makam yang berada di situs ini berukuran cukup besar dan memiliki bentuk nisan menyerupai menhir. Dimana menhir merupakan batu tegak yang digunakan pada masa lalu dalam hubungannya dengan pemujaan arwah leluhur. Kemudian dapat dilihat pula industri alat batu sepanjang sungai di Kabupaten barru.


Hasil-hasil temuan yang penulis dapatkan dilapangan merupakan tanda bahwa tradisi masa prasejarah banyak terdapat di Kabupaten barru. Baik itu tradisi yang sudah tidak ddigunakan lagi, maupun tradisi yang masih berlanjut.




DAFTAR PUSTAKA

Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

http://www.barru.go.id/nilai_budaya. Di download, 21 April 2010.
http://AMPLdaerah.com/profil_kabupaten_bantaeng. Di download, 21 April 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_barru. Di download, 21 April 2010.

 






2 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini