BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah
Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini
terletak di Kota Barru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 km² dan
berpenduduk sebanyak ±150.000 jiwa.
Kabupaten Barru adalah merupakan salah satu
Daerah di Sul-Sel yang rnemiliki Obyek Budaya yang cukup banyak. Rumah adat
Saoraja Lapinceng merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu,
rumah ini di buat pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi
Muhammad Saleh Dg.Parani yang digelar Petta Sulle.
Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya
tokoh pejuang kemerdekaan yang ditakdirkan lahir dan hadir di wilayah ini.Obyek
sejarah tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Makam WE PANCE TANAH, Makam WE
TENRI OLLE, Makam LAMADDUSSILA di Desa Pancana Kecamalan Tanete Rilau. Makam WE TENRI
LELEANG. Makarn PETTA PALLASE LASEE. Masjid tua Lalabata Desa Lalabata
Kecamatan Tanete Rilau. Makam H. Muh. Fudail di Sumpang binangae Kec Barru.
Monumen Garongkong dan Kompleks makam tanah MARIDIE Kelurahan Mangempang
Kecamatan Barru. Rumah adat LAPINCENG Desa Balusu Kecamatan Balusu. Monumen
Paccekke Desa Paccekke Kecamatan Soppeng Riaja Kompleks Makam LAGONGGO
Kelurahan Mallawa, Kompleks Makam AGUNG NEPO Kecamatan Mallusetasi.
Kabupaten Barru juga memiliki peninggalan
prasejarah yang cukup banyak, diantaranya peninggalan budaya cap telapang
tangan pada rumah-rumah baru, makam-makam besar yang memiliki nisan menhir yang
terletak di Kecamatan Riaja, serta peninggalan alat-alat batu di Situs Campe, Kelurahan
Rante Riaja.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba
untuk membuat laporan yang berjudul, “Peninggalan Prasejarah di Kabupaten
Barru”. Laporan ini berisi hasil kunjungan lapangan terhadap budaya prasejarah
di Kabupaten Barru. Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam
memahami peninggalan-peninggalan budaya prasejarah di Kabupaten Barru.
Tujuan Penulisan
Penulisan ini dibuat
bertujuan sebagai bentuk laporan atas hasil pengamatan penulis di Kabupaten
Barru, Sulawesi Selatan. Penulisan ini dimaksudkan untuk melaporkan hasil
pengumpulan data arkeologi berupa peninggalan prasejarah yang penulis peroleh
ketika melakukan kegiatan penelitian di berbagai situs prasejarah di Kabupaten
Barru, Sulawesi Selatan.
Metodologi
Metode yang penulis lakukan
dalam menulis laporan tentang “Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Barru”,
yaitu:
1.
Kajian Pustaka
Metode ini
dilakukan dengan cara mencari bahan mengenai situs-situs prasejarah di
Kabupaten Barru, serta gambaran umum Kabupaten Barru. Bahan-bahan tersebut
diakses melalui internet.
2. Wawancara
Wawancara yang
penulis lakukan berupa hasil kuliah lapangan bersama teman-teman yang dibimbing
dan diajar langsung oleh dosen, Muhammad Nur, S.S., M.A. Wawancara langsung
dengan masyarakat penulis tidak sempat lakukan dengan alasan keterbatasan
waktu.
3. Fotografi
Teknik
pengambilan data dengan fotografi berupa pemotretan pada temuan-temuan di
lapangan yang didalamnya terdapat skala dan penunjuk arah.
4. Deskripsi
Deskripsi yang
dimaksudkan dalam pengambilan data ini berupa deskripsi situs dan temuannya.
Deskripsi ini dilakukan agar dalam pembuatan laporan, orang yang membaca laporan dapat lebih jelas mengetahui
dimana temuan tersebut berada, beserta kondisi situs pada saat pengambilan data
di lapangan.
BAB II LATAR BELAKANG KABUPATEN BARRU
Kabupaten Barru merupakan
salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang mempunyai wilayah yang terbentang
dipesisir selat Makassar,membujur dari arah selatan ke utara sepanjang kurang
lebih 78 Km. Kabupaten Barru secara geografis terletak pada Koordinat 4’0,5’49”
sampai 4’47’35” Lintang selatan dan 119’35’0” sampai
119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 ( 117.427
Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah selatan dengan Kabupaten
Pangkep, Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, Sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pare-Pare, dan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng
Secara Topografis
Kabupaten Barru mempunyai wilayah yang cukup bervariasi ,terdiri dari daerah
laut , dataran rendah dan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 100
sampai 500 m diatas permukaan laut(mdpl) Wilayan tersebut berada disepanjang
timur Kabuapaten sedangkan bagian barat, topografi wilayah dengan ketinggian 0
– 20 m dpl berhadapan dengan selat makassar.
Iklim di wilayah kabupaten
Barru termasuk tropis, dalam waktu satu tahun terjadi 2 kali pergantian musim,
yaitu musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret,
angin bertiup dari arah barat, dan usim kemarau terjadi pada bulan April hingga
September, angin bertiup dari arah timur.
Berdasarkan tipe iklim
dengan metode zone agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan basah ( curah
hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering ( curah hujan kurang dari 100
mm/bulan ), di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah (84.340 Ha)
dengan tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut – turut kurang dari 2
bulan ( April sampai dengan September). Total hujan selama setahun sebanyak 113
hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah hujan berdasarkan hari
hujan terbanyak pada pada bulan Desember – Januari dengan jumlah curah hujan
masing – masing 104 mm dan 17 mm.
Jenis tanah di Kabupaten
Barru didominasi oleh jenis regosol seluas 41.254 Ha ( 38,20) ; Mediteran seluas
32.516 Ha (27,68 %) ; Lisotol selauas 29.043 Ha (24,72%) ; Alluvial seluas
4.659 ha (12,48 %).
Berdasarkan karakteristik
sumber daya alam yang ada, kabupaten Barru mempunyai 4 wilayah, yaitu:
- Wilayah pegunungan yang berada disebelah timur, pada umumnya berada di kecamatan Pujananting dan kecamatan Tanete Riaja. Wilayah ini merupakan daerah pertanian, pertambangan dan daerah kawasan peternakan.
- Wilayah selatan adalah Kecamatan Tanete Rilau yang merupakan pintu gerbang dari Kabupaten Pangkep dengan Potensi Perikanan yang cukup luas seperti tambak dan perikanan laut.
- Wilayah tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Barru yang merupakan Pusat Agropolitan yang terletak di Kecamatan Barru.
- Wilayah utara yang terdiri dari Kecamatan Balusu, Soppeng Riaja dan Kecamatan Mallusetasi yang merupakan pintu keluar ke Kota Pare-pare, wilayah ini disamping sebagai Daerah Pertanian dan Perikanan, juga adalah Daerah Wisata khususnya Wisata laut yang terletak di Kecamatan Mallusetasi.Kondisi topografi Kabupaten Barru yang cukup bervariasi ini terdiri dari laut,dataran rendah, dan daerah pegunungan.
BAB III DESKRIPSI SITUS
Temuan Cap Telapak Tangan
Temuan Cap Telapak Tangan ini berada di Lingkungan
Ralla, Kelurahan Lp. Riaja, Kecamatan Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Temuan ini berada di perkampungan penduduk yang padat.
Situs Tampung Lebba'e
Situs Tampung Lebba’e merupakan sebuah makam besar yang terletak
di Lingkungan Ralla, Kelurahan Lp. Riaja, Kecamatan Riaja, Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan. Situs ini berada dekat dengan temuan cap telapak tangan,
berjarak ± 200m. Situs ini memiliki arah hadap utara-selatan, berada di daerah
topografi lebih rendah dari jalan raya. Situs Tampung Lebba’e ini dipagari
dengan pagar keliling. Selain itu, di depan pintu pagar pemakaman saat ini
dijadikan TPS oleh masyarakat sekitar. Pintu masuk situs Tampung Lebba’e
terdapat di sebelah barat, serta terdapat tumpukan sampah masyarakat sekitar di
samping pintu masuk.
Pada bagian dalam situs Tampung Lebba’e, terdapat rumput liar
yang tumbuh liar. Rumput liar tersebut tumbuh subur di dalam situs. Di
tengah-tengah situs, terdapat dua pohon beringin yang besar. Serta terdapat
pula pemakaman baru dengan arah hadap timur-barat di sebelah utara pohon
beringin.
Situs Campe
Situs Campe berupa industri pembuatan alat batu. Situs ini terdapat di
Lingkungan Jalanru, Kelurahan Rante Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Situs ini merupakan sebuah sungai, tetapi telah kering. Situs ini berada dekat
dengan rumah penduduk.
BAB IV ANALISIS TEMUAN
Cap Telapak Tangan
Temuan cap telapak
tangan ini ditemukan di beberapa rumah di lingkungan tersebut. Temuan ini
berada di tiang rumah bagian atas dan bawah, serta di dinding bagian atas dan
samping pintu rumah. Temuan cap telapak tangan ini positif. Dimana tangan
dicelup lalu di tempelkan di medianya. Cap-cap telapak tangan ini berwarna
putih dan semuanya merupakan cap telapak tangan sebelah kanan. Temuan ini hanya
ditemukan di beberapa rumah saja di daerah tersebut.
Temuan Cap Telapak Tangan
Menurut Muhammad Nur, dosen pembimbing mata kuliah, gambar cap telapak
tangan ini berupa simbol terhadap rumah baru. Dimana setiap rumah yang baru
diberikan symbol cap telapak tangan agar terhindar dari bahaya. Kegiatan ini
dilakukan ketika orang akan menempati rumah baru dan diadakan dengan upacara. Adapun
rumah-ruumah yang telah tidak memiliki cap telapak tangan, dikarenakan rumah
tersebut telah lama dan telah mengalami perbaikan atau direhab.
Situs Tampung Lebba'e
Situs Tampung Lebba’e merupakan sebuah kompleks pemakaman.
Makam-makam dalam kompleks ini berupa makam tua dan besar, serta memiliki nisan
dari menhir. Pemakan ini berorientasi utara-selatan. Dalam kompleks pemakaman
situs Tampung Lebba’e terdapat berbagai macam bentuk dan ukuran nisan serta
badan makam. Semua makam di situs ini memiliki badan makam, tetapi ada beberapa
makam yang badan makamnya sudah tidak terlalu terlihat karena telah di tutup
oleh tanah.
Bentuk badan makam pada situs Tampung Lebba’e terdiri atas
empat model badan makam, yaitu:
Badan makam yang tersusun
atas batu-batu kali yang besar dan disusun rapi. Makam ini berbentuk persegiempat
panjang. Bentuk makam yang memiliki model badan makam seperti ini, berukuran
lebih besar dari makam yang lain. Selain itu, makam seperti ini memiliki nisan
lebih dari satu.
Badan Makam Yang Tersusun Atas Batu Yang Rapi
Bentuk badan makam dari batu kali yang besar, dan batu
kali tersebut dikasih berdiri di pinggir badan makam. Serta di badan makam
hanya terdapat beberapa batu dan ada pula yang tidak ada batu kalinya. Makam
yang berbentuk seperti ini memiliki model makam yang relative lebih kecil dari
bentuk badan makam yang pertama. Makam ini ada yang memiliki nisan satu, dan
ada pula yang dua.
Makam Yang Terdiri Dari Batu Kali di Pinggir Badan Makam
Badan makam yang terdiri
atas susunan batu kali yang kecil-kecil. Batu kali tersebut disusun sekeliling
nisan. Makam ini hanya satu dan terdapat di dekat pagar masuk makam, serta
hanya memiliki satu buah nisan.
Badan Makam Yang Tersusun Dari Batu Kali Kecil
Bentuk badan makam
dari batu kali yang kecil-kecil dan tersusun rapi. Bentuk badan makam seperti
ini ada yang berukuran besar, dan ada pula yang berukuran kecil. Jumlah
nisannya pun ada yang dua buah dan satu buah.
Selain bentuk badan makam yang beraneka ragam, dalam situs
Tampung Lebba’e juga terdapat berbagai bentuk dan ukuran nisan. Nisan pada
kompleks pemakam ini berbentuk menyerupai menhir. Ukuran menhir tersebut
terdiri atas:
1.
Nisan yang berukuran besar, yaitu ±
180 cm – 250 cm. Nisan yang memiliki ukuran nisan seperti ini berjumlah tujuh
buah nisan.
2. Nisan yang berukuran sedang, yaitu ±
98 cm – 180 cm. Nisan yang memiliki ukuran seperti ini berjumlah 37 buah nisan.
3. Nisan yang berukuran kecil, yaitu ± 0
cm – 90 cm. Nisan yang memiliki ukuran seperti ini berjumlah 139 buah nisan.
Macam-Macam Jenis Nisan
Bentuk nisan terbagi atas berbagai macam bentuk nisan. Akan tetapi ada
satu buah bentuk nisan yang paling dominan atau banyak digunakan. Bentu nisan
itu seperti patah dan rucing di salah satu sudut bagian atas nisan.
Situs Campe
Situs Campe ini merupakan sebuah tempat industri alat
batu pada masa lalu. Hal ini ditandakan dengan ditemukannya berbagai alat batu
inti serta serpihan. Alat-alat batu ini tersebar luas di aliran sungai
tersebut. Pada situs ini, banyak pula ditemukan alat-alat batu retouch (telah
dua kali atau lebih dilakukan pemangkasan).
Temuan Alat Batu
BAB V PENUTUP
Dari hasil laporan yang
penulis lakukan, penulis menyimpulkan bahwa Kabupaten Barru memiliki potensi
peninggalan Prasejarah. Hal ini dapat dilihat pada temuan-temuan yang penulis
temukan di lapangan. Dimana masih terdapat tradisi cap telapak tangan yang
merupakan tradisi masa lalu. Tradisi seperti ini dapat dilihat pula pada gambar
cap telapak tangan di gua-gua yang berada di Maros-Pangkep. Selain itu,
terdapat pula kompleks makam, “Tampung Lebba’e” dimana makam-makam yang berada
di situs ini berukuran cukup besar dan memiliki bentuk nisan menyerupai menhir.
Dimana menhir merupakan batu tegak yang digunakan pada masa lalu dalam
hubungannya dengan pemujaan arwah leluhur. Kemudian dapat dilihat pula industri
alat batu sepanjang sungai di Kabupaten barru.
Hasil-hasil temuan yang
penulis dapatkan dilapangan merupakan tanda bahwa tradisi masa prasejarah
banyak terdapat di Kabupaten barru. Baik itu tradisi yang sudah tidak
ddigunakan lagi, maupun tradisi yang masih berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.barru.go.id/nilai_budaya. Di
download, 21 April 2010.
http://AMPLdaerah.com/profil_kabupaten_bantaeng. Di download, 21 April 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_barru. Di download, 21 April 2010.
Muhammad zainun
BalasHapusN1B118028
ahmadjainun0@gmail.com
K mk yg d program yah
Hapus