Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para arkeolog, diketahui bahwa di Melanesia, mulai dari daerah Papua New Guinea hingga ke kepulauan disekitarnya terutama ke wilayah timur, tersebar bukti-bukti prasejarah. Wilayah Melanesia terdiri atas beberapa wilayah, diantaranya Irian Jaya, Papua New Guinea, New Britain, New Ireland, New Hebrides, New Caledonia, Solomon dan Fiji.
Peter Bellwood membagi prasejarah di Melanesia menjadi dua, yaitu masa pra-keramik (tahun 9000-1000 BC) dan masa keramik (tahun 1500 BC hingga sekarang). Masa pra-keramik di Melanesia sudah ada seitar 2500 BC, yang ditaai dengan ditemukannya "bilah berpinggang" dan "kapak pahat" di stus Kosipe. Temuan tersebut memperlihatkan kesamaan dengan situs Gua Nia di Asia Tenggara.
Penggalian yang dilakukan oleh J.Peter White di situs Kafiavana, menemukan "pebble", "serpih berperimping lurus dan cekung (berpinggang)", dan "fragmen batu asah". Karakteristik alat serpih Kafiavana berukuran kecil, beperimping degan penyerpihan secara unifasial. Karakteristik kapak pahat dengan potongan melintang, berbentuk lensa yang diperkirakan berasal dari masa 9000 BC. Adapun temuan lokal terletak pada lapisan basalt. Temuan alat dari kerang laut diperkirakan berumur 9000-7000 BC, dan hingga sekarang masih merupakan barang komoditi yang bersifat penting di dataran tiggi New Guinea. Temuan lainnya adalah tulag babi yang berasal dari 4500-3000 BC.
Ekskavasi juga dilakukan oleh Susan Bulmer di situs Kiowa, yang menemukan pebble, serpih dengan ketajaman halus yang diperkirakan digunakan untuk memotong tanaman, kapak pahat dengan potongan melintang berbetuk lensa yang sama dengan temuan yang ditemukan di situs Kafiavana. Temuan bilah berpinggang kasar yang berasosiasi dengan tulang tulang babi yang diperkirakan berasal dari masa sekitar 3000 BC, belum diketahui jika temuan tersebut dipergunakan atau tidak, dan atau kedua artefak tersebut kemungkinan memiliki fungsi yang berbeda. Pisau berpinggang kasar telah digunakan sebagai alat cangkul di situs Kosipe sekitar 2500 BC. Temuan lainnya seperti kapak pahat yang diupam dan kulit kerang yang berasal dai masa sekitar 7000 BC, serta tulang babi dari masa sekitar 3000 BC.
Temuan di situs Kafiavana di dataran tinggi New Guinea telah membuktikan adanya persamaan degan temuan Guah Niah di Serawak dengan temuan yang terdapat dari Timor. Temuan tersebut telah membuktikan bahwa dataran tinggi New Guinea tidak terisolasi dari manusia dan adanya perkembangan budaya yang terdapat di wilayah bagian barat, walaupun hasil analisis pollen menunjukkan hasil bahwa lingkungan dataran tinggi New Guinea terdiri atas hutan.
Dari hasil ekskavasi yang telah dilakukan oleh Jack Golson dari Australia Nation University, di daerah rawa-rawa Maton dan Kuk di wilayah Lembah Wahgi, telah berhasil menemukan parit-parit yang memiliki panjang mencapai 500 m, dengan lebar 4,5 m, dan kedalaman 3 m. Parit terseut bercabang-cabang yang menunjukkan adanya sistem irigasi sebagai strategi dalam pengaturan air dan pengolahan lahan unuk menanam talas.
Hasil penelitian di situs Wanlek berhasil ditemukan lumpang dn alu batu dengan bentuk yang artistik, yang berasal dari masa sekitar 3500-1000 BC. Temuan lainnya adalah kapak pahat berbentuk lensa, alat penggali ujung pisau, batu sabak, susunan tiang rumah, dinding lengkung dan kubur batu. Fungsi dari lumpang dan alu batu yaitu sebagai alat untuk mengolah bahan pangan yang menunjukkan bahwa pada masa tersebut telah dikenal kegiatan pertanian secara intensif.
Temuan beberapa patung berbentuk kepala manusia degan lidah menjulur keluar di dataran tinggi Papua New Guinea dan Jazirah Huon, merupakan bagian dari temuan alu batu yang terlepas. Persebaran lumpang dan alu batu terdapat di Papua New Guinea, Bismarcks, Bougenville dan kepulauan Solomon bagian utara, bahkan sampai ke Melanesia Timur dan Polinesia Barat. Temuan beberapa lumpag di daerah tersebut, secara tipolgis terdiri atas permukaan yang berbentuk bulat serta berlekuk dengan lubang wadah yang semakin kedalam kian menyempit, dan terdapat tangkai yang bermotif kepala burung. Pada umumnya bagian ujung alu berbentuk jamur. Penyebaran alat tersebut dimulai dari Gunung Hagen sampai ke Chimbu dan dataran tinggi bagian timur yang berpenduduk petani intensif.
Di dataran tinggi Papua New Guinea dan Jazirah Huan terdapat patung kepala manusia yang menonjol keluar dengan lubang mata yang dalam dan lebar, serta kepala bertombol yang kemungkinan merupakan bagian atas alu. Pada situs Kanduan bagian barat daya Papua New Guinea, ditemukan alat serpih, pisau berpinggang dari jenis batu permata yang tersebar sampai ke Solomon dan New Britain. Di situs Toiminapo Bougenville, diperoleh kapak berpinggang, alu batu bagian atas yang berbetuk kepala burung, dayung dan kepala manusia.
Ekskavasi yang dilakukan oleh J.P.White di situs Gua Aibura dan Batari, telah berhasil menemukan pisau berpinggang yang terletak pada lapisan berumur sekitar 8000 BC, sedangkan temuan yang sama di situs Kosipe berada pada lapisan berumur 20.000 BC. Ekskavasi Susan Bulmer di situs Yuku menemukan alat pisau berpinggang yang berada pada lapisan berumur 10.000 BC dan beberapa diantaranya berumur sebelum 5000 BC. Hal ini secara kronologis telah menunjukkan terjadinya penyebaran alat pisau berpinggang.
Di situs Niobe ditemukan alat pebble sepih, bilah perpinggang yang diasah, kapak pahat ang diasah pada lapisan basalt, sedangkan pada lapisan atas ditemukan tulang babi, anjing, dan unggas. Di situs Nebire ditemukan alat serpih bilah kecil berbentuk seperti sudip dan batu inti berumur sekitar 1000 BC, dan pada lapisan atas ditemukan sisa holtikultura, tulang anjing, babi dan ikan. Di Bischmark terdapat alat-alat serpih dari jenis chert local seperti bilah berpinggang, bilah berujung dua, serut, batu inti dan kapak pahat.
Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada sumber dari tulisan ini yaitu:
Bellwood,Peter. 1978. Man's Conquest of The Pacific. United States: Oxford University Press.
#arkeologi #arkeologiindonesia #tinggalanarkeologi #arkeologiprasejarah #arkeologisejarah #arkeologiklasik #arkeologiislam #arkeologikolonial #heritage #arkeologimaritim #tinggalanmasalalun #tinggalanbudaya #budayamasalalu #sejarahbudaya #indonesia #wonderfulindonesia #heritageindonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.