Kamis, 17 Juni 2021

Sumbangan Sains Kepada Penelitian Arkeologi

Penerapan ilmu sains dalam penelitian arkeologi berawal pada tahun-tahun awal dekade tahun 1950 oleh F.W.Libby, yakni lahirnya kaidah pentarikhan mutlak karbon-14 (Glyn Daniel, 1966). Setelah itu muncullah beberapa ilmu sains lainnya, diantaranya dendrokronologi, T-L (thermoluminiscent), dan archaeomagnetism. Ilmu sains membantu arkeologi dalam penanggalan mutlak pada artefak dan juga jejak pakai yang diteliti. Sumbangan ilmu sains kepada arkeologi sangat besar dalam penanggalan mutlak. Hal ini karena sangat jarang artefak atau jejak pakai yang diteliti meninggalkan inskripsi bertanggal atau catatan penanggalan.

Sebelum adanya kaedah penanggalan mutlak, ahli arkeologi melakukan penanggalan terhadap artefak atau jejak pakai berdasarkan kaedah perbandingan, yaitu membandingkan artefak yang hendak diketahui penanggalannya dengan artefak sejenis yang sudah diketahui penanggalannya. Hal yang sama juga dilakukan dalam upaya memberi penanggalan pada lapisan stratigrafi tanah, yaitu dengan cara membandingkan penanggalan artefak yang dijumpai dalam lapisan yang sedang diteliti dengan artefak sejenis yang sudah diketahui umurnya.

Kaedah penanggalan relatif yang diaplikasikan dalam penyelidikan arkeologi sebelum kaedah penanggalan mutlak, masih digunakan hingga hari ini. Tetapi untuk memastikan bahwa data penanggalan yang diperoleh tersebut adalah yang boleh diterima, maka penanggalan tersebut akan dibandingkan dengan penanggalan mutlak.

Penggunaan sains dan teknologi dalam penelitian arkeologi yang meningkat, telah menimbulkan persoalan dikalangan ahli teori dalam disiplin arkeologi dan juga dikalangan penulis yang mencoba memperkenalkan arkeologi kepada masyarakat. Diantara mereka berpendapat bahwa ahli arkeologi adalah juga ahli sains, dimana ahli arkeologi semasa menjalankan penelitian dalam semua kegiatan penelitian, mengaplikasikan pendekatan sains yaitu menggunakan peralatan yang bergantung kepada pengetahuan sains dan teknologi.

Dalam pelaksanaan survei primer atau survei awal arkeologi untuk mencari jejak pakai, kaedah sains yang digunakan ialah foto udara jenis hitam putih infra-red. Saat ini kaedah remote sensing seperti yang digunakan dalam ilmu geologi, juga digunakan dalam arkeologi untuk mencari jejak pakai tinggalan arkeologi. Adapun dalam survei sekunder untuk mencari jejak pakai dan struktur dalam tanah, kaedah sains yang biasa digunakan oleh arkeolog adalah kaedah "resisstivity".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini