Sisa-sisa buah, biji, bunga, daun, batang, kayu, dan akar, telah ditemukan pada deposit arkeologi. Kayu dan arang akan dibahas pada pembahasan terpisah.Sisa tanaman makroskopik Eropa utara-barat ditemukan oleh Charring, berada pada kondisi anoxic (seperti genangan air), atau dengan mineralisasi (pelestarian mineral atau penggantian mineral). Dalam bangunan, pengawetan juga dapat terjadi melalui kekeringan, dan dengan smoke blackening (misalnya dalam jerami smoke blackening) (Letts,1999).
Penumpukan sisa tanaman, ditemukan disebagian besar situs arkeologi. Pengawetan terjadi ketika material tanaman dibakar dibawah kondisi reduksi. Hal ini meninggalkan kerangka, terutama karbon, tetapi terkadang juga termasuk sisa pati, lipid dan DNA. Kerangka karbon tahan terhadap serangan kimia dan biologi, walaupun rentan terhadap kerusakan mekanis. Kebakaran dengan temperatur yang tinggi serta pasokan udara yang baik, dapat mengakibatkan hilangnya karbon dan hanya menyisakan silika. Sisa silika makroskopis telah diambil dari endapan rusak dibeberapa situs (M A Robinson dan Straker,1991). Mayoritas sisa tanaman makroskopik yang hilang, merupakan hasil dari tindakan manusia. Dalam kebanyakan kasus, dapat memberikan informasi yang mencerminkan intensitas aktivitas manusia yang melibatkan api. Oleh karena itu, kelangkaan sisa tanaman yang hilang, dapat dengan sendirinya menjadi sebuah informasi yang sangat bermanfaat.
Penumpukan tanaman pada air yang basah, ditemukan di tempat-tempat dimana permukaan airnya cukup tinggi untuk menghambat penghancuran yang dilakukan oleh organisme yang menyebabkan pembusukan. Penumpukan tersebut juga dapat terjadi pada endapan tertentu di atas permukaan air jika kondisinya anoxic dan sangat organik, seperti mengisi lubang yang dilapisi dengan batu, digali pada tanah liat yang keras, atau disegel atas oleh stratigrafi. Penggantian jaringan tanaman dengan fosfat terlarut dan karbonat, umumnya terjadi di limbah (Green,1979; McCobb et al,2001), tetapi dapat pula terjadi dimana mineral tersebut ada dan terdapat kelembaban yang cukup untuk mengangkutnya ke jaringan tanaman. Jarak yang dekat dengan produk yang terkorosi logam juga dapat mempertahankan sisa-sisa tanaman. Selain itu, atap-atap bangunan abad pertengahan akhir dan setelah abad pertengahan terkadang menggunakan jerami asli yang diawetkan menggunakan smoke blakening (Letts,1999).
Tanaman selalu memberikan informasi mengenai diet (Dickson dan Dickson 1988; Greig,1983), aspek makanan sosial (Veen,2003; Veen et al,2008), praktek peternakan yang subur (Hillman,1981; Veen,1992), dan rekonstruksi lingkungan lokal (Hall dan Kenward,1990). Tanaman juga dapat mengunkapkan penggunaan lanskap, seperti pagar tanaman (Greig,1994) dan memberikan bukti perkebunan dan tanaman yang ada di perkebunan (Dickson,1995; Murphy dan Scaife,1991). Penggunaan tanaman obat-obatan, dalam pengerjaan tekstil, dan di dalam kain, serta perabotan tempat tinggal juga dapat dideteksi. Terkadang juga, kegiatan khusus dapat diidentifikasi seperti pencelupan (Tomlinson,1985) atau malting (Hillman,1982). Dimana terdapat bukti dokumener, perbandingan dengan bukti arkeobotani dan dapat meningkatkan interpretasi (Foxhall,1998; Greig,1996). Pola distribusi tanaman di lokasi sangat penting untuk menentukan dimana perbedaan kegiatan, terutama pembuangan sampah.
Referensi:
Dickson, C and Dickson, J 1988 ‘The diet of the Roman army in deforested central Scotland’ Plants Today 1, 121–6English Heritage 1995 Guidelines for the Care of Waterlogged Archaeological Leather Scientifc and Technical Guidelines 4 London: English Heritage
Dickson, C 1995 ‘Macroscopic fossils of garden plants from British Roman and medieval deposits’, in Moe, D, Dickson, J H, and Jørgensen, P M (eds), Garden History: Garden Plants, Species Forms and Varieties from Pompeii to 1800. PACT 42 Rixensart, 47–72
Foxhall, L 1998 ‘Snapping up the unconsidered trifles: the use of agricultural residues in ancient Greek and Roman farming’ Environmental Archaeol 1, 35–40
Green, F J 1979 ‘Phosphatic mineralization of seeds from archaeological sites’ J Archaeol Sci 6, 279–84
Greig, J R A 1983 ‘Plant foods in the past: a review of the evidence from northern Europe’ J Plant Foods 5, 179–214
Greig, J R A 1994 ‘A possible hedgerow of Iron Age date from Alcester, Warwickshire’ Circaea 11, 7–16
Greig, J R A 1996 ‘Archaeobotanical and historical records compared – a new look at the taphonomy of edible and other useful plants from 11th to the 18th centuries AD’ Circaea 12, 211–47
Hall, A R and Kenward, H K 1990 ‘Environmental evidence from the Colonia’ The Archaeology of York 14/6 London: CBA, 289–434, pl II–IX, fche 2–11
Hillman, G C 1981 ‘Reconstructing crop processing from charred remains of crops’, in Mercer, R (ed) Farming Practice in British Prehistory Edinburgh: U P, 123–62
Hillman, G C 1982 ‘Evidence for spelting malt [malting spelt]’, in Leech, R Excavations at Catsgore 1970–1973, a Romano-British Village. Western Archaeol Trust Excavation Monogr 2 Bristol, 137–41
Letts, J 1999 Smoke Blackened Thatch: A Unique Source of Late Medieval Plant Remains from Southern England London and Reading: English Heritage and Univ Reading
McCobb, L M E, Briggs, D E G, Evershed, R P, Hall, A R and Hall, R A 2001 ‘Preservation of fossil seeds from a 10th century AD cess pit at Coppergate, York’ J Archaeol Sci 28, 929–40
Murphy, P and Scaife, R 1991 ‘The environmental archaeology of gardens’, in Brown, A E (ed) Garden Archaeology CBA Res Rep 78 London, 83–99
Robinson, M and
Straker, V 1991 ‘Silica skeletons and macroscopic plant remains
from ash’, in Renfrew, J (ed) New Light on Early Farming, 3–13 Edinburgh: Univ P
Tomlinson, P 1985 ‘Use of vegetative remains in the identifcation of dyeplants from waterlogged 9th–10th century AD deposits at York’ J Archaeol Sci 12, 269–83
Veen, M van der 1992 Crop Husbandry Regimes: An Archaeobotanical Study of Farming in Northern England (Sheffeld Archaeol Monogr 3), Sheffeld: J R Collis Publ
Veen, M van der
2003 ‘When is food a luxury?’ World Archaeol 34, 405–27 Veen, M van der, Livarda,
A and Hill, A 2008 ‘New plant foods in
Roman Britain: dispersal and social access’ Environm Archaeol 13, 11–36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.