Jumat, 09 Juli 2021

Sisa Manusia dalam Penelitian Arkeologi

Jenazah manusia yang diekskavasi harus diperlakukan dengan baik, jika ekskavasi diperkirakan akan mengganggu jenazah manusia tersebut, maka harus membuat perizinan. Jika sisa-sisa manusia ditemukan secara tidak terduga, permohonan izin pun harus segera dilakukan yaitu izin untuk memindahkannya. Penemuan sisa-sisa manusia jika dimakamkan di tanah pemakaman yang diakui atau jika ada alasan untuk menganggapnya telah berusia lebih dari 100 tahun, maka tidak perlu melaporkan atau membuat izin pindah jenazah. Biasanya, didaerah yang berada di bawah yurisdiksi Gereja Inggris, hukum gereja berlaku bersama undang-undang sekuler yang relevan. Hal ini berarti bahwa dalam banyak kasus seperti ini, izin untuk menghapus jenazah manusia diperlukan. 

Sisa kerangka manusia biasanya tidak menimbulkan resiko kesehatan dan khususnya keselamatan. Dimana jaringan lunak diawetkan, maka harus menggunakan sarung tangan. Dalam situasi berdebu, maka harus menggunakan masker filter yang menutupi hidung dan mulut, hal ini khusunya berlaku di ruang bawah tanah (Mays,2005:45).

Sama halnya dengan tulang hewan, keasaman tanah adalah penentu penting dari kelangsungan hidup tulang manusia, dengan kebertahanan besarnya ditemukan pada kondisi netral atau basa. Namun yang perlu dicatat bahwa bahkan di daerah yang bertanah alami pun dapat memusnahkan tulang, tempat dimana material skeletal sering bertahan hidup, baik dalam konteks perkotaan, yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas manusia yang telah mengubah karakter tanah dan sedimen. Seperti yang tercatat di sisa vertebrata, tulang yang dikremasi cenderung lebih bertahan terhadap kehancuran daripada tulang yang tidak terbakar, sehingga dapat bertahan dengan baik bahkan dalam tanah yang asam, dimana semua jejak tulang inhumed telah hilang.

Pemeriksaan ilmiah terhadap kerangka manusia dapat memberikan informasi tentang demografi, diet, kesehatan dan penyakit, pertumbuhan, penampilan fisik, hubungan genetik, pola aktivitas dan praktik pemakaman leluhur (Cox dan Mays,2000; C Roberts,2009). Hal yang sederhananya adalah tulang yang dikremasi juga dapat memberi tahu mengenai beberapa aspek tersebut, terutama praktek pemakaman dalam kaitannya dengan teknologi piringan.

Studi mengenai praktek kamar mayat dan ritual, telah memberikan pemahaman penting mengenai periode prasejarah dan sejarah awal. Masalah etnis dan migrasi masyarakat juga menjadi sebuah kajian baru. Kumpulan yang lebih besarnya yaitu dari periode bersejarah digunakan untuk studi berbasis "populasi". Bidang-bidang penyelidikan diantaranya urbanisme, sifat kehidupan monastik, dan cara-cara demografi, kesehatan dan penyakit berubah seiring waktu sebagai bentuk perubahan gaya hidup dan sebagai respon terhadap perubahan sosial, lingkungan dan teknologi. Studi tentang sisa-sisa manusia juga dapat membantu memahami beberapa penyakit di masa lalu.

Pengerjaan terhadap sisa-sisa manusia, mulai semakin menggunakan isotop stabil dan analisis DNA (lihat dibawah biomolekul). Analisis isotop karbon dan nitrogen merupakan langkah baru dalam mengetahui diet awal. Studi isotop stabil dari strontium, oksigen atau timah, dapat membantu dalam menyelidiki pergerakan populasi di masa lalu. 

Adapun alasan yang sangat kurang dipahami adalah mengenai kelangsungan hidup sebuah DNA dalam tulang yang dikuburkan adalah sebuah variabel. Namun demikian, analisis DNA diekstraksi dari sisa-sisa kerangka manusia purba dengan mulai meningkatkan diagnosis dari penyakit menular tertentu. Hal ini juga terkadang dapat menjadi nilai dalam sebuah studi kekerabatan, untuk mempelajari hubungan antara populasi dan untuk penentuan jenis kelamin dimana indikator osteologis menjadi hilang atau ambigu. 




Referensi:

Cox, M and Mays, S (eds) 2000 Human Osteology in Archaeology and Forensic Science London: Greenwich Medical Media

Mays, S 2005 (ed) Guidance for Best Practice for Treatment of Human Remains Excavated from Christian Burial Grounds in England Swindon: English Heritage and The Church of England McCormick, F 1998 ‘Calf slaughter as a response to marginality’, in Mills, C M and Coles, G (eds) Life on the Edge: Human Settlement and Marginality Oxbow Monogr 100 Oxford, 49–53

Roberts, C 2009 Human Remains in Archaeology: A Handbook York: CBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini