Minggu, 23 Oktober 2022

Naskah-Naskah Kajian Timur Tengah di Eropa

 Masuknya bangsa barat di kawasan Timur Tengah terjadi setelah runtuhnya kekuasaan pemerintahan Islam di Timur Tengah dan kemajuan yang diraih dunia barat. Perhatian dunia barat terhadap Timur Tengah antara lain karena kemajuan dan peradaban tinggi yang pernah diraih dunia Arab dan Islam.

Teks dalam naskah-naskah Timur Tengah menjadi bagian penting dari perhatian para orientalis barat. Banyak naskah karya masyarakat Timur Tengah yang mereka ambil ke Eropa untuk dimiliki dan diteliti di pusat-pusat studi di Eropa. Akibatnya banyak naskah Timur Tengah yang menjadi koleksi lembaga dan pusat studi Eropa dan koleksi perseorangan.

Semua hal ini menimbulkan lahirnya filologi terhadap naskah-naskah Timur Tengah dan melahirkan pusat-pusat kajian ketimuran serta menghasilkan teori-teori yang berkaitan dengan kebudayaan dan sastra (Arab, Persi, syria, Turki, dan lain-lain).

Sejak abad ke-7, Islam telah menguasai daratan Eropa Selatan (Andalusia) dan berlangsung sampai dengan abad ke-15 masehi. Banyak karya tulis Timur Tengah yang masuk ke Eropa termasuk ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani dan kembali dalam keemasan Islam.

Karya-karya Timur Tengah menjadi populer di Eropa, misalnya karya-karya Algozali, Ibnu Al'Arabi, Ibnu Sina dan lainnya yang kemudian karya-karya tersebut juga digunakan sebagai bahan perkuliahan dan penelitian yang menarik.

Beberapa orientalis yang banyak memanfaatkan karya-karya Timur Tengah antara lain Albertus Magnus yang merupakan seorang ahli filsafat Aristoteles dan dosen di Paris pada abad ke XII bernama Roger Bacon dan Raymon Lull yang berusaha belajar bahasa Arab dan Persi untuk mempelajari filsafat Yunani.

Adapun untuk penelitian ketimuran, Paus Clement memerintahkan agar bahasa Arab, Persi, Ibrani, dan Kaldea menjadi bahan perkuliahan utama di universitas-universitas di Roma, Bologne, Paris, dan Oxford. Karya Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa latin abad ke13 di pusat-pusat studi Montpillier.

Pada abad ke-17, teks klasik Arab dan Persi di Eropa dipandang telah mantap terutama di Cambridge dan Oxford. Mimbar kuliah bahasa Arab dibuka dengan dosen kenamaan yaitu antara lain Thomas Adams, Archbishop laud, Edward Picock, dan Abraham Wheelock. Selain naskah Arab dan Persi, dikaji pula naskah-naskah Turki, Ibrani, dan Syria. 

Karya-karya sastra Timur Tengah juga menjadi bahan kajian di Inggris termasuk naskah cerita Alfu Lailah Wa Lailah atau seribu satu malam dan syair Sufi. Selain itu juga dilakukan penerjemahan syair-syair Umar Khayyam ke dalam bahasa Eropa dan pernah disadur ke dalam bahasa Inggris.

Pada abad ke-18, Silvester de Sacy mendirikan pusat studi ketimuran dengan nama Ecole Des Lagues Orientales Vivantes, karen itu beliau dianggap sebagai bapak para orientalis di Eropa.

Lembaga tersebut kemudian banyak melahirkan orientalis ahli Timur Tengah, antara lain:

  1. Etienne Quantremere yang merupakan penanggung jawab manuscripts orientaux, yang juga merupakan penerjemah Tarikh Almamalik karya Almaqrizi dan Muqdaddimah karya Ibnu Khaldun ke dalam bahasa Perancis dan menerbitkan naskahnya dalam bahasa Arab.
  2. De Slane yang merupakan penyusun katalogus naskah-naskah Arab di Bibliotheque Nationale De Paris  dan penerjemah Diwan Umru-u Alqais ke dalam bahasa Perancis.

Lembaga ini telah melahirkan banyak karya-karya bermutu mengenai karya tulis penulis kawasan Timur Tengah.






Sumber:

Catatan kuliah Agus Supriatna ketika menempuh pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini