Rabu, 30 November 2022

Bentuk-Bentuk Dasar Historiografi Arab/Islam

KHABAR

Khabar merupakan sebuah historiografi Islam yang paling tua. Khabar dikenal sebagai sebuah bahasa lisan yang berhubungan dengan cerita-cerita perang dengan uraian yang baik dan lengkap, biasanya membahas mengenai suatu kejadian yang kalau ditulis hanya terdiri dari beberapa halaman saja. Adapun dalam konteks karya sejarah yang lebih luas sering kali dipergunakan sebagai "laporan", "kejadian", atau "cerita". Khabar memiliki karakteristik yang ditekankan pada garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar. Bentuk khabar ini telah berjalan dan kuat pada masa pra-Islam, yang merupakan bentuk tradisi lisan dan tulisan yang masuk ke dalam masyarakat Islam tanpa adanya ruang waktu yang menyelinginya.

Ada tiga hal yang merupakan ciri khas bentuk khabar dalam penulisan sejarah, diantaranya:

  1. Tidak ada hubungan sebab-akibat diantara dua atau lebih peristiwa, tanpa referensi yang lain sebagai pendukungnya.
  2. Sesuai dengan ciri khas khabar sejak sebelum Islam, maka cerita-cerita perang menggunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang disenangi menyalahi kejadian yang sebenarnya. Peristiwa yang terjadi sering disajikan dalam bentuk dialog antara pelaku.
  3. Bentuk khabar juga lebih banyak merupakan gambaran karunia yang beraneka ragam. Khabar juga memerlukan penyajian dalam bentuk puisi yang tidak pernah ada dalam karya sejarah, untuk menggambarkan cerita pertempuran yang terus menerus dan sebagai suatu ekspresi yang artistik.


BENTUK ANALISTIK
Bentuk analistik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis. Peristiwa yang terjadi disusun berdasarkan urutan tahun, misalnya ditulis "Dalam tahun pertama" atau "Kemudian masuk pada tahun kesembilan". Peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap tahun disusun dan diurut satu persatu. Penyajian dalam bentuk seperti ini berkembang pada masa Ibnu Jaries Al-Thabari yang wafat tahun 310 M). Al-Thabari merupakan seorang penulis sejarah terkemuka pada masanya dan karyanya menjadi sumber bagi penulis sejarah. Karya beliau berjudul Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk



HISTORIOGRAFI DINASTI
Sejarah yang disusun berdasarkan bentuk analistik dalam Islam, keseluruhannya tidak ada yang tidak terikat pada kekuasaan khalifah-khalifah atau penguasa lainnya. Adapun karya sejarah sebelumnya menggunakan kekuasaan sebagai cara satu-satunya dalam penyusunan, sehingga tidak ada pembagian analistik yang murni. Hal ini dapat dilihat dari karya Ibnu Ishak yaitu Tarikh Al-Khulafa yang sangat sedikit memberikan informasi. Penulisan sejarah lainnya yang menggunakan historiografi dinasti dalam penulisannya yaitu Biografi Muawiyah dan Biografi Bani Umayyah karya Awanah Ibnu Al-Hakam Al-Kalbi abad ke-8 M.



PEMBAGIAN THABAQAT
Thabaqat merupakan satu lapisan masyarakat. Adapun transisi masyarakat dari thabaqat dalam pergantian kronologi generasi sangat mudah untuk dilakukan. Ahli leksikografi mencoba untuk menetapkan ukuran thabaqat atau suatu generasi, yakni ada yang menentukan sebanyak dua puluh tahun, empat puluh tahun, akan tetapi ada pula yang menentukan hanya sepuluh tahun. Pembagian thabaqat dalam Islam merupakan pembagian kronologi yang lebih tua dalam pemikiran sejarah Islam. Pembagian thabaqat merupakan konsekuensi karena adanya orang-orang disekitar Nabi Muhammad SAW yang disebut sahabta, berikutnya tabiin, tabi attabiin, dan seterusnya. Hal tersebut kemudian dihubungkan dengan kritik isnad di dalam ilmu hadist yang berkembang pada permulaan abad ke dua hijriah.
Dalam karya Ibnu Sa'ad, penyusunan thabaqat digunakan untuk penulisan biografi para penguasa yang penting dalam proses pemindahan hadist. Di dalam sejarah lokal dulu, dibatasi dengan para perawi hadist, yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk kelas-kelas kelompok pribadi terutama yang tergolong ulama.



NASAB
Selama dua abad pertama periode Islam, hubungan famili telah menjadi tradisi pada masa pra-Islam dalam masyarakat Arab yang masih berlaku. Suku Quraisy dan Bani Hasyim serta keturunan Ali atau keturunan pahlawan-pahlawan Islam, masih mendapatkan posisi penting dalam masyarakat saat itu. Pengetahuan tentang garis keturunan, juga sering mengarah pada penyalahgunaan. Selama abad kedelapan dan kesembilan Masehi, para ahli filologi sejarah kuno juga merupakan ahli bidang garis keturunan. Karya-karya yang dibuat merupakan bentuk khabar yang berisi kumpulan berbagai kelompok kabilah. Salah satu karya monograf pertama yang berkaitan dengan garis keturunan adalah kitab Hadzfu min Nasab Quraisy yang berkenaan dengan keluarga kecil suku Quraisy yang tidak termasuk Nabi Muhammad SAW, yang disusun oleh Muarrij Ibn Amr Al-Sadusi. Adapun Al-Baladzuri pernah mengemukakan prinsip garis keturunan dalam penulisan sejarah dalam bentuk karya Kitab Al-Ansab. Sejarah yang berhubungan dengan keluarga dan khabilah merupakan dasar dari penyusunan kitab tersebut, walaupun banyak didominasi oleh biografi para khalifah. Adapun bentuknya adalah khabar dan historiografi dinasti.














Sumber:
Catatan kuliah Agus Supriatna ketika menempuh pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini