Selasa, 01 November 2022

Perhatian Dunia Barat Terhadap Naskah Nusantara

Perhatian serta minat dalam mengkaji naskah Nusantara dimulai sejak bangsa barat tiba di kawasan Nusantara abad ke-16. Kedatangan bangsa Barat di kawasan Nusantara tidak hanya tertarik oleh kekayaan yang dimiliki bumi Nusantara yang subur dengan hasil bumi yang sangat dibutuhkan, tetapi juga terhadap keberadaan naskah Nusantara yang kemudian menjadi bagian perhatian sejumlah bangsa pendatang tersebut.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian bangsa Barat terhadap naskah Nusantara, antara lain:

  1. Bagi para penguasa yaitu untuk kepentingan politik dan ekonomi. Bangsa Barat memerlukan pengenalan mendalam dan lebih jauh untuk mengenal perikehidupan bangsa-bangsa di kawasan Nusantara agar dapat menguasai kawasan Nusantara
  2. Bagi kau  Missionaris untuk keperluan memudahkan proses penyebaran agama Kristen
  3. Bagi kaum Orientalis untuk kepentingan ilmu pengetahuan mengenai kehidpan ketimuran
  4. Bagi para pedagang sebagai barang dagangan yang menjanjikan keuntungan besar.
Keberadaan naskah Nusantara pertama kali diketahui oleh masyarakat Barat adalah dari kalangan kelompok pedagang. Kelompok pedagang tersebut memandang naskah sebagai barang dagangan yang menguntungkan, jadi tidak hanya naskah di Eropa dan sekitar Laut Tengah saja. Para pedagang mengumpulkan naskah-naskah Nusantara dari perseorangan dan pesantren-pesantren maupun kolektor lokal. Naskah yang dikumpulkan kemudia  di bawa ke Eropa untuk dijual kepada perseorangan atau lembaga-lembaga terkait.

Para pedagang tersebut antara lain Peter Floris dan Van Elbinck, dimana keduanya pernah tinggal di Aceh pada tahun 1604. Naskah-naskah yang dikumpulkan Elbinck antara lain dijual kepada Thomas Erpenius Leiden, yang merupakan seorang Orientalis ahli kebudayaan Timur Tengah. 

Naskah-naskah Nusantara tersebut kemudian menjadi milik perpustakaan Universitas Oxford. Naskah Nusantara lainnya sebagian jatuh ke tangan Edward Picock, antara lain naskah Sri Rama tertua dan William Laud Uskup besar Canterbury.





Sumber:

Catatan kuliah Agus Supriatna ketika menempuh pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Artikel Popular Pekan Ini